AS dan Korea Selatan Sepakat Hentikan Latihan Militer, Penuhi Keinginan Korea Utara?

AS-Korsel sepakat untuk menangguhkan latihan militer Freedom Guardian, yang dijadwalkan pada Agustus 2018.

oleh Rizki Akbar Hasan diperbarui 19 Jun 2018, 13:12 WIB
Latihan gabungan tentara Korea Selatan dan Amerika Serikat (AP PHOTO)

Liputan6.com, Seoul - Amerika Serikat dan Korea Selatan sepakat untuk menangguhkan latihan militer bersama bernama Freedom Guardian, yang dijadwalkan pada Agustus 2018 mendatang, kata pejabat dari kedua negara.

Keputusan itu datang sepekan usai pertemuan puncak Presiden AS Donald Trump dan Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un di Singapura.

"Korea Selatan dan Amerika Serikat telah setuju untuk menunda semua kegiatan mengenai latihan militer Freedom Guardian yang dijadwalkan pada Agustus," kata pernyataan Kementerian Pertahanan Korea Selatan, seperti dikutip dari ABC.net.au, Selasa (19/6/2018).

Di sisi lain, Kementerian Pertahanan AS turut membenarkan penangguhan latihan Freedom Guardian itu dan menambahkan bahwa akan ada pertemuan antara menteri pertahanan serta penasihat kepresidenan bidang keamanan nasional kedua negara untuk membahas topik serupa.

"Kami masih mengoordinasikan langkah-langkah tambahan. Tidak ada keputusan yang akan dibuat mengenai pelaksanaan latihan perang bersama," kata juru bicara Kemhan AS Dana White.

Tahun lalu, 17.500 tentara AS dan lebih dari 50.000 pasukan Korea Selatan berpartisipasi dalam Freedom Guardian, latihan gabungan tahunan rutin yang kebanyakan difokuskan pada simulasi komputer daripada latihan lapangan langsung yang menggunakan senjata, tank atau pesawat terbang.

Keputusan untuk menghentikan latihan militer di Korea Selatan telah membingungkan banyak pejabat pertahanan AS. Mereka mengaku baru mengetahui hal tersebut ketika Trump menyatakannya perdana dalam konferensi pers di Singapura, usai bertemu dengan Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un pada 12 Juni 2018.

Saat itu, Trump mengemukakan bahwa alasan utama untuk menghentikan latihan perang gabungan AS-Korsel adalah karena biaya mahal yang digelontorkan oleh Washington.

"Bagi saya, alasan menghentikannya demi penghematan biaya tidak terlalu masuk akal," kata Abraham Denmark, mantan Deputi Asisten Menteri Pertahanan Bidang Kawasan Asia Timur di bawah mantan presiden Barack Obama.

Patut diingat bahwa Korea Utara telah lama memprotes latihan militer gabungan tersebut. Sehingga banyak pihak menilai bahwa keputusan Trump untuk menghentikan kegiatan rutin tahunan itu merupakan daya tawar AS demi 'membujuk' Korea Utara agar mau melakukan denuklirisasi --sebuah target yang sangat ingin dicapai oleh sang miliarder nyentrik.

 

Saksikan juga video piihan berikut ini:


Janji Donald Trump ke Kim Jong-un untuk Hentikan

Presiden AS, Donald Trump bertemu dengan Pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un di resor Capella, Pulau Sentosa, Singapura, Selasa (12/6). Pertemuan ini merupakan yang pertama kalinya bagi pemimpin AS dan Korut untuk bertatap muka. (SAUL LOEB/AFP)

Sementara itu, Presiden Donald Trump mengatakan bahwa Amerika Serikat akan menghentikan "permainan perang", sebuah referensi yang jelas ditujukan pada latihan militer bersama dengan Korea Selatan.

Dikutip dari CNN pada Selasa 12 Juni 2018, latihan bersama itu rutin digelar di dekat Semenanjung Korea, dan telah lama dikritik keras oleh Kim Jong-un --dan para pendahulunya-- sebagai tindakan provokatif.

Donald Trump juga mengatakan dirinya berharap untuk segera menarik pasukan AS dari pangakalan militer di Korea Selatan.

Namun, Trump mengingatkan bahwa rencana tersebut bukanlah bagian dari "keseteraan pendapat" yang telah diraih saat ini, pasca pertemuan bersejarah dengan Kim Jong-un di Hotel Capella di Pulau Sentosa.

"Saya ingin menarik keluar tentara kami. Saya ingin membawa tentara kami kembali ke rumah," kata Trump di hadapan wartawan, sesaat setelah selesai bertemu dengan Kim Jong-un.

Donald Trump juga menyebut pihaknya akan menghentikan berbagai "permainan perang" yang dianggapnya "sangat provokatif", dan berkeinginan untuk menyelamatkan Amerika Serikat dari "pemborosan sejumlah besar uang".

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya