Kim Jong-un dan Xi Jinping Bahas Denuklirisasi serta Arah Baru Hubungan China-Korut

Kim Jong-un dan Xi Jinping telah mencapai keselarasan pemahaman atas sejumlah isu krusial, mulai dari denuklirisasi hingga arah baru hubungan China-Korut.

oleh Rizki Akbar Hasan diperbarui 20 Jun 2018, 17:18 WIB
Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un dan Presiden China Xi Jinping berbincang sambil berjalan di sela pertemuan di Dalian, Selasa (8/5). Ini adalah kunjungan kedua Kim ke China dalam dua bulan terakhir. (Korean Central News Agency/Korea News Service via AP)

Liputan6.com, Beijing - Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un dan Presiden China Xi Jinping telah mencapai keselarasan pemahaman atas sejumlah isu krusial, mulai dari denuklirisasi hingga arah baru hubungan China-Korut, menurut laporan media pemerintah yang merangkum hasil pertemuan kedua pemimpin di Beijing pada 19 - 20 Juni 2018.

Kedua pemimpin juga mengevaluasi pertemuan bersejarah yang dilakukan Kim Jong-un dengan Presiden Amerika Serikat Donald Trump di Singapura pada 12 Juni.

Kim dan Xi "Bertukar pendapat tentang cara untuk menyelesaikan masalah denuklirisasi," kata Kantor Berita Pusat Korea (KCNA), seperti dikutip dari South China Morning Post (20/6/2018).

Dalam pertemuannya dengan Xi Jinping, Kim Jong-un juga berjanji untuk bekerja sama dengan China demi mengamankan "perdamaian sejati" dalam proses "membuka masa depan baru" di Semenanjung Korea.

KCNA juga melaporkan, Xi Jinping mengatakan kepada Kim Jong-un bahwa hubungan antara China dan Korut telah memasuki tingkat perkembangan baru sejak pertemuan pertama mereka pada Maret.

Xi Jinping melanjutkan bahwa keduanya saat ini telah membuat kesepakatan antara masing-masing secara perseorangan. Kendati demikian, baik KCNA dan media pemerintah China tak mengelaborasi detail kesepakatan apa yang dibuat oleh kedua pemimpin itu.

Lebih lanjut KCNA melaporkan, Kim Jong-un juga mengatakan kepada Xi Jinping bahwa dia bersedia untuk meningkatkan persahabatan dan kerja sama bilateral.

Kesepakatan bilateral itu juga dilakukan ketika perang perdagangan antara Amerika Serikat dan Tiongkok semakin intensif. Analis menilai, situasi itu memberikan Kim Jong-un posisi tawar yang lebih menguntungkan, tepat di antara AS - China. Demikian seperti dikutip dari The New York Times.

Kunjungan dua hari Kim Jong-un ke Beijing berakhir pada Rabu 20 Juni, kata media pemerintah dari China dan Korut.

Lawatan tersebut terjadi tepat sepekan usai pertemuan puncak antara Kim Jong-un dan Presiden AS Donald Trump di Singapura, di mana keduanya menyatakan komitmen untuk bekerja sama menuju denuklirisasi lengkap (CVID) di Semenanjung Korea.

Kunjungan itu juga menandai lawatan ketiga Kim Jong-un ke Negeri Tirai Bambu, yang sebelumnya sempat terlaksana pada Maret 2018 dan Mei 2018.

 

Saksikan juga video pilihan berikut ini:


AS dan Korea Selatan Sepakat Hentikan Latihan Militer

Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un bertemu dengan Presiden China Xi Jinping di Dalian, Selasa (8/5). Kunjungan ini dilakukan di tengah perbaikan keadaan di semenanjung Korea. (Korean Central News Agency/Korea News Service via AP)

Sementara itu sebelumnya, Amerika Serikat dan Korea Selatan sepakat untuk menangguhkan latihan militer bersama bernama Freedom Guardian, yang dijadwalkan pada Agustus 2018 mendatang, kata pejabat dari kedua negara.

Keputusan itu datang sepekan usai pertemuan puncak Presiden AS Donald Trump dan Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un di Singapura.

"Korea Selatan dan Amerika Serikat telah setuju untuk menunda semua kegiatan mengenai latihan militer Freedom Guardian yang dijadwalkan pada Agustus," kata pernyataan Kementerian Pertahanan Korea Selatan, seperti dikutip dari ABC.net.au, Selasa (19/6/2018).

Di sisi lain, Kementerian Pertahanan AS turut membenarkan penangguhan latihan Freedom Guardian itu dan menambahkan bahwa akan ada pertemuan antara menteri pertahanan serta penasihat kepresidenan bidang keamanan nasional kedua negara untuk membahas topik serupa.

"Kami masih mengoordinasikan langkah-langkah tambahan. Tidak ada keputusan yang akan dibuat mengenai pelaksanaan latihan perang bersama," kata juru bicara Kemhan AS Dana White.

Tahun lalu, 17.500 tentara AS dan lebih dari 50.000 pasukan Korea Selatan berpartisipasi dalam Freedom Guardian, latihan gabungan tahunan rutin yang kebanyakan difokuskan pada simulasi komputer daripada latihan lapangan langsung yang menggunakan senjata, tank atau pesawat terbang.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya