Liputan6.com, New York - Kebijakan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump terus menuai penolakan. Salah satunya dari miliarder industri bersaudara Charles dan David Koch. Melalui jaringan politiknya, kedua saudara ini memulai tahap pertama kampanye iklan bernilai jutaan dolar untuk melawan kebijakan tarif impor Trump.
Freedom Partners, sebuah organisasi yang merupakan bagian dari jaringan Koch, meluncurkan kampanye iklan televisi dan radio yang akan menargetkan informasi tentang tarif impor yang diterapkan Trump.
Iklan juga akan meminta Kongres untuk kembali membuka perdagangan bebas dan tidak mengikuti kebijakan perdagangan yang diterapkan Gedung Putih saat ini.
Baca Juga
Advertisement
"Untuk terus bertumbuh, kita harus terus berdagang," salah satu bunyi iklan tersebut, seperti mengutip laman CNBC.
"Tarif bukanlah jawabannya. Katakan Washington: Dukung Kebebasan. Menentang Tarif," tulisan iklan lainnya.
Rencananya, iklan televisi yang tayang akan mengudara di area Washington DC. Sementara radio akan disiarkan pada program radio nasional dan konservatif di seluruh negeri mulai 25 Juni.
Freedom Partners, bersama dengan dua kelompok jaringan Koch lainnya dari Amerika untuk Kesejahteraan dan Inisiatif Libre, mengirim surat kepada Kongres untuk meminta mereka mendukung Undang-Undang Akuntabilitas Perdagangan Global.
Ini merupakan sebuah RUU yang disponsori Senat dari Partai Republik Utah Mike Lee. Undang-undang mengharuskan Kongres untuk meninjau dan menyetujui tarif apa pun yang diusulkan eksekutif.
"Tarifnya adalah pajak yang membuat orang Amerika lebih miskin. Mereka menaikkan biaya hidup kita dan memaksa pengeluaran yang lebih tinggi pada bisnis kita. Anggap saja keluarga yang bekerja membayar lebih banyak untuk mesin cuci baru, yang sekarang harus mempertimbangkan outsourcing pekerjaan AS di luar negeri," kata James Davis, Wakil Presiden Freedom Partners, mengatakan dalam sebuah pernyataan yang diberikan kepada CNBC.
Dia mengatakan, iklan-iklan ini adalah bagian penting dari kampanye secara keseluruhan, yang juga termasuk rencana signifikan untuk mobilisasi akar rumput dan pendidikan kepada publik.
Pengumuman tahap pertama kampanye jaringan Koch dilakukan dua hari setelah Donald Trump memerintahkan Perwakilan Perdagangan Amerika Serikat untuk mengidentifikasi barang-barang impor dari China senilai US$ 200 miliar, untuk dikenakan tarif tambahan sebesar 10 persen.
Pada hari Senin, Gedung Putih mengatakan hambatan perdagangan baru akan berlaku "Jika Cina menolak untuk mengubah praktiknya, dan juga jika bersikeras maju dengan tarif baru yang baru-baru ini diumumkan."
Sebelumnya, pemerintah telah mengumumkan penerapan tarif impor hingga 25 persen untuk produk China senilai US$ 50 miliar. Presiden China Xi Jinping menanggapi dengan memberlakukan tarif 25 persen pada pada barang-barang asal AS senilai US$ 34 miliar .
Trump Bakal Kenakan Tarif Impor Barang China USD 200 Miliar
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump kembali akan berlakukan tarif 10 persen terhadap barang-barang impor China senilai USD 200 miliar. Ini sebagai balasan China kembali membalas terhadap tarif AS yang diumumkan pekan lalu.
"Tindakan lebih lanjut harus diambil untuk mendorong China mengubah praktik tidak adil, membuka pasarnya untuk barang-barang Amerika Serikat, dan menerima hubungan perdagangan yang lebih seimbang dengan AS,” ujar Trump seperti dikutip dari laman CNN Money, Rabu (20/6/2018).
Pada Jumat pekan lalu, pemerintahan AS di bawah pimpinan Trump akan memberlakukan tarif 25 persen terhadap barang China USD 50 miliar. China pun segera membalas dan klaim AS telah meluncurkan perang dagang.
Konflik yang meningkat antara dua ekonomi terbesar di dunia tersebut telah mengguncang pasar dan perusahaan yang khawatir gangguan pada rantai pasokan global. Kementerian Perdagangan China bereaksi cepat terhadap pengumuman Trump tersebut.
China menuduh AS menekan secara ekstrem dan memeras. China pun memperingatkan akan membalas dengan keras. Analis memperingatkan kalau risiko akan makin berkembang di dunia.
"Gayung bersambut membawa kedua belah pihak lebih dekat ke perang dagang besar-besaran. Meskipun pada prinsipnya masih ada ruang untuk bernegosiasi, tetapi sikapnya tampak mengeras," ujar Louis Kujis, Kepala Ekonom Oxford Economics, seperti dikutip dari lama CNN Money.
Tarif yang diberlakukan oleh pemerintah AS di bawah pimpinan Donald Trump dinilai sebagai hukuman atas pencurian kekayaan intelektual. Tarif tersebut akan diberlakukan dalam dua gelombang. Tarif akan mulai dikenakan pada 6 Juli terhadap lebih dari 800 ekspor senilai USD 34 miliar. Sedangkan 280 barang lainnya masih perlu menjalani periode komentar publik. Sedangkan China akan menargetkan tarif produk pertanian AS, mobil, seafood, dan barang lainnya.
"China tampaknya tidak berniat mengubah praktif-praktik tidak adil yang terkait dengan akuisisi kekayaan intelektual dan teknologi Amerika Serikat," ujar dia.
Advertisement