Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah saat ini tengah menyelesaikan divestasi 51 persen saham Freeport Indonesia. Dengan demikian, Indonesia akan memiliki tambang emas terbesar di dunia yang diambilalih dari Amerika Serikat (AS).
Deputi Bidang Usaha Pertambangan, Industri Strategis dan Media Kementerian BUMN Fajar Harry Sampurno menceritakan, divestasi saham Freeport Indonesia ini bakal memiliki banyak keuntungan.
Baca Juga
Advertisement
Meski cadangan emas di tambang atas tanah Grasberg diperkirakan akan habis pada 2021, namun cadangan emas masih melimpah untuk di bawah tanah di lokasi penambangan milik Freeport Indonesia tersebut.
"Yang kita masukkan dalam valuasi di proses divestasi saham hanya hingga 2041. Namun cadangan emas di sana itu sampai 2060," jelas Harry di Kementerian BUMN, Kamis (21/6/2018).
Adanya cadangan melimpah di tambang bawah tanah tersebut, lanjut dia, membuat valuasi harga untuk pembelian participating interest milik Rio Tinto sebesar 40% di areal tambang Grasberg cukup mahal.
"Yang akan digarap ke depan itu tambang bawah tanah yang baru. Itu kenapa dulu saham Rio Tinto mahal, karena dia fungsinya ada di tambang baru itu," tegasnya.
Harry pun menegaskan, meski kepemilikan saham mayoritas akan beralih ke Indonesia, namun Freeport McMoran sebagai induk Freeport Indonesia, menyatakan komitmennya untuk tidak menarik segala macam teknologi dan Sumber Daya Manusia (SDM) yang digunakan untuk proses penambangan.
"Jadi setelah proses divestasi, Freeport Indonesia tetap jalan seperti biasa, tidak ada perubahan operasional," tegasnya.
Ribuan Ton Cadangan Emas
Besarnya cadangan emas di tanah Papua ini juga diugkapkan oleh Direktur Utama Inalum Budi Gunadi Sadikin. Ia menuturkan, total cadangan emas yang dimiliki Freeport Indonesia sebesar 1.187 ton dengan nilai mencapai USD 469,7 miliar.
"Freeport Indonesia saat ini mengelola tambang tembaga terbesar kedua di dunia dan juga mengelola tambang emas terbesar di dunia. Jadi ini akan jadi sejarah buat bangsa," kata Budi Gunadi.
Budi Gunadi mengatakan, PT Freeport Indonesia saat ini mengelola tambang Grasberg di Tembaga Pura, Kabupaten Mimika, Papua.
Memang tambang Grasberg yang berlokasi di atas tanah produktivitasnya terus menurun, bahkan diperkirakan habis pada 2021. Namun, yang masih memiliki produktivitas tinggi dan menjadi masa depan Indonesia adalah tambang Grasberg yang berlokasi di bawah tanah.
Budi mengatakan, lokasi yang ada di bawah tanah inilah yang menjadikan Grasberg menjadi salah satu tambang emas terumit di dunia. "Ini adalah salah satu tambang terumit di dunia dan dia tambang bawah tanah," kata dia.
Yang lebih menggembirakan lagi, di lokasi tersebut, masih sama di bawah tanah, ada tambang emas yang belum tergarap. Tambang yang dinamakan Tambang Bawah Tanah Kucing Liar yang baru dapat digarap mulai sekitar tahun 2031-2035.
"Jadi kalau kita tahu, Freeport ini besar sekali, makanya proses divestasi ini tidak mudah. Bahkan ini menjadi transaksi yang paling rumit sepanjang saya menjadi bankir," tutur Budi Gunadi. (Yas)
Advertisement