Liputan6.com, Jakarta PT Pertamina (Persero) belum membahas rencana kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) non subsidi. Sebelumnya rencana kenaikan harga BBM diterapkan usai Lebaran 2018.
Vice President Cooporate Communication PT Pertamina Adiatma Sardjito mengatakan, saat ini jajaran Direksi Pertamina belum membahas kenaikan harga BBM non subsidi, karena masih menunggu masa Lebaran selesai.
Advertisement
"Belum dibahas di BOD-nya belum, tunggu beres dulu (Lebaran) dengan tenang," kata Adiatma, di Kantor Pusat Pertamina, Jakarta, Kamis (21/6/2018).
Menurut Adiatma, saat ini Pertamina memiliki banyak pertimbangan, sebelum mengambil keputusan kenaikan harga BBM non subsidi. Selain menunggu berakhirnya arus balik Lebaran, pihaknya juga masih fokus dalam penyediaan BBM dan Elpiji untuk arus balik.
"Karena memang banyak pertimbanganya, bukan hanya karena oh harga naik-naik. Sekarang kan latarbelakanganya marketing banyak pertimbangan, ini dulu beres Premium, Solar aman baru," ujarnya.
Terkait dengan konsumsi BBM pada Lebaran tahun ini, terjadi kenaikan sebesara 200 ribu kilo liter (kl) atau 17 persen dibanding tahun lalu. Kenaikan konsumsi tersebut seiring bertambahnya jumlah kendaraan sebesar 13 persen.
"Tapi yang jelas kita perbandingkan lebaran tahun lalu 200 juta liter (200 ribu kl) jadi H+ 4 tahun lalu dibanding tahun ini YOY. Naiknya banyak kan mobil naik 13 persen, bahan bakarnya17 persen, jaraknya (tolnya) makin jauh dulu nggak pulang ke surbaya sekarang semakin bagus," tandasnya.
BBM Pertamax Paling Diminati Masyarakat Saat Puncak Arus Balik Lebaran
PT Pertamina (Persero) mencatat bahan bakar minyak (BBM) Pertamax paling diminati masyarakat selama arus balik Lebaran 2018. Permintaan Pertamax meningkat 18 persen dari rata-rata normal harian sekitar 15 juta liter menjadi 18 juta liter, pada puncak arus balik tanggal 19-20 Juni 2018.
Vice President Corporate Communication Pertamina, Adiatma Sardjito mengatakan, meningkatnya permintaan BBM berkualitas tinggi konsisten sejak arus mudik dimulai. Pertamax meningkat bertahap sejak arus mudik pada angka 10 persen, 17 persen kemudian meningkat 25 persen dan tertinggi pada puncak arus mudik yang mencapai 49 persen dari rata-rata normal harian.
Permintaan Pertamax juga meningkat 2 persen pada hari H Lebaran, di saat permintaan terhadap semua jenis BBM mengalami penurunan.
“Hasil pemantauan di lapangan menunjukkan, permintaan terhadap Pertamax terus meningkat pada saat Idul Fitri serta H+1, di saat seluruh jenis BBM mengalami penurunan. Hal ini mengindikasikan, Pertamax tetap diminati bukan hanya untuk perjalanan jauh, tetapi juga untuk rute-rute pendek di dalam kota tujuan mudik,” kata Adiatma, di Jakarta, Rabu (20/6/2018).
Adiatma mengungkapkan, loyalitas pengendara terhadap BBM berkualitas patut disyukuri, karena banyak manfaatnya, baik bagi mesin kendaraan maupun bagi lingkungan. Pertamax memiliki keunggulan meningkatkan perfoma kendaraan serta mesin lebih dingin dan awet, irit bahan bakar (efisiensi) dan ramah lingkungan.
"Dalam jangka panjang akan memberikan dampak positif terhadap lingkungan, mendorong kondisi udara yang lebih sehat," ujarnya.
Menurut Adiatman, peningkatan tertinggi berikutnya terjadi pada Pertalite sebesar 10 persen, dari rata-rata normal harian 46 juta liter menjadi 50 juta liter.
Advertisement