Liputan6.com, Jakarta - Starbucks Indonesia di bawah pengelolaan PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI) akan menambah 120 gerai selama dua tahun, yakni periode 2018-2019. Kondisi ini berbanding terbalik dengan rencana Starbucks menutup 150 gerai di Amerika Serikat (AS).
Corporate Secretary & Head of Investor Relations MAPI Fetty Kwartati mengungkapkan, jaringan kedai kopi Starbucks di Indonesia terus berkembang. Ekspansinya justru menggeliat di tahun politik ini dengan rencana menambah 60 gerai baru per tahun.
Baca Juga
Advertisement
"Starbucks di Indonesia terus berkembang. Pada 2018 dan 2019, menambah 60 toko baru per tahun," kata dia saat dihubungi Liputan6.com, Jakarta, Jumat (22/6/2018).
Dengan penambahan tersebut, artinya dalam dua tahun, Starbucks Indonesia akan membuka 120 gerai baru. Sayangnya saat dikonfirmasi mengenai jumlah outlet Starbucks di seluruh Indonesia, Fetty tidak menyebutkannya.
Ia menjelaskan, bahwa ekspansi ini sudah menjadi bagian dari rencana bisnis perusahaan jangka menengah yang sudah dirancang sebelumnya. Optimisme lain adalah kenaikan konsumsi seiring dengan momen pemilihan kepala daerah di 2018 maupun pemilu Presiden 2019.
"Ekspansi ini merupakan business plan medium term yang sudah dirancang sebelumnya. Di 2018 dan 2019, diharapkan konsumsi bisa meningkat sebagai dampak dari election," terang Fetty.
Hal ini tentu saja berbeda dengan kondisi di AS. Manajemen Starbucks justru telah mengumumkan akan menutup sekitar 150 gerai di AS pada 2019. Rencana tersebut membawa saham perusahaan tersebut merosot hampir tiga persen.
Starbucks akan menutup 150 toko pada 2019. Gerai tersebut terletak di sebagian besar daerah perkotaan yang padat penduduk dengan lokasi Starbucks. Akan tetapi, perseroan juga akan membuka toko di pasar lain. Secara keseluruhan, tingkat pertumbuhan toko akan melambat.
"Kinerja kami baru-baru ini tidak mencerminkan potensi merek luar biasa kami dan tidak dapat diterima. Kami harus bergerak lebih cepat untuk mengatasi prefensi dan kebutuhan yang berubah dengan cepat dari para pelanggan kita,” ujar CEO Starbucks, Kevin Johnson, seperti dikutip dari laman CNN Money, pada 20 Juni 2018.
Johnson menambahkan, pihaknya memiliki inisiatif yang tidak direncanakan pada kuartal kedua terakhir ini terkait insiden di Philadelphia. Hal itu puncaknya dengan penutupan sejumlah gerai Starbucks. Namun, ia menilai, hal tersebut tidak menjadi alasan target pertumbuhan satu persen untuk kuartal berikutnya.
Sudah Tutup 8.000 Gerai
Starbucks menutup 8.000 toko pada 29 Mei untuk menawarkan pelatihan anti-rasis kepada 175 ribu karyawan usai dua pria kulit ditangkap di toko di Philadelphia.
Chairman Starbucks, Howard Schultz menuturkan, pelatihan tersebut menghabiskan biaya puluhan juta dolar AS. Pelatihan tersebut juga menunda peluncuran kampanye pemasaran pada musim semi dan panas.
Untuk membantu kenaikan penjualan, Starbucks akan kembangkan lebih banyak minuman sehat antara lain es teh rendah gula untuk pelanggan yang sadar kesehatan.
Perseroan juga menyatakan penjualan Frappucino turun tiga persen pada 2018. Pada tahun lalu, penjualan minuman itu naik empat persen dan lima persen pada 2016. Perseroan juga berencana meningkatkan aplikasi digitalnya. Ini untuk meraih banyak pelanggan.
Mengutip Marketwatch, perseroan juga akan menaikkan pembagian dividen 20 persen dan akan membeli kembali saham atau buyback saham pada 2020.
Advertisement