Liputan6.com, Moskow - Demi impian menyaksikan langsung aksi pesepakbola Lionel Messi di ajang Piala Dunia 2018, seorang pria asal India rela menempuh ribuan kilometer menuju Moskow.
Cliffin Francis, nama pria tersebut, sedang duduk di rumahnya di India selatan ketika seorang teman bertanya apakah dia akan pergi ke Piala Dunia.
"Tentu saja," jawabnya. "Aku bahkan bisa bepergian ke Rusia untuk menyaksikan ekstravaganza."
Dikutip dari BBC pada Kamis (21/6/2018), percakapan tersebut terjadi pada Agustus tahun lalu. Namun karena tidak tahu bagaimana cara membayar mahalnya tiket pesawat ke Moskow, Francis pun memutuskan untuk mengayuh sepada ibu kota Negeri Beruang Merah.
"Aku sadar aku tidak punya cukup uang untuk bepergian ke Rusia dan tinggal selama sebulan. Lalu aku bertanya pada diriku sendiri - apa cara termurah bepergian? Sepeda adalah jawabannya," cerita pria yang mengaku berpenghasilan USD 40 (sekitar Rp 560.000) dari setiap pekerjaan lepas sebagai guru matematika di negara bagian Kerala.
Baca Juga
Advertisement
Teman-teman Francis tidak mempercayai rencana gila tersebut, tetapi pada saat itu dia sudah bertekad bulat, menyaksikan langsung Messi di Piala Dunia 2018.
Pada 23 Februari, ia memulai perjalanan epik melalui penerbangan menuju Dubai, yang kemudian berlanjut meyeberang dengan kapal ferry ke Iran.
Dari Negeri Persia, Francis melanjutkan sisa perjalanan sejauh 4.200 kilometer dengan mengayuh sepeda.
"Saya suka bersepeda dan saya tergila-gila dengan sepakbola. Saya hanya menggabungkan dua gairah tersebut," kata Francis bersemangat.
Sebelumnya, ia sempat berpikir untuk merencanakan perjalanan darat menuju lokasi Piala Dunia 2018 melalui Pakistan. Namun, hal itu urung dilakukan karena mengingat ketegangan yang masih terus terjadi antara negara tersebut dengan India.
Simak video pilihan berikut:
Bukan Tanpa Halangan
Bukan tanpa halangan, Francis terpaksa harus membeli sepeda baru di Dubai seharga USD 700 (sekitar Rp 9,6 juta), karena kendaraan kayuh miliknya tidak bisa dilanjutkan terbang ketika transit di Bandara Internasional Chhatrapati Shivaji di Mumbai.
Namun, kesedihan itu segera sirna ketika Francis memasuki pelabuhan Bandar Abbas di Iran pada 11 Maret.
"Ini adalah negara terindah di dunia dan orang-orangnya sangat ramah. Saya menghabiskan 45 hari di negara itu, tetapi tinggal di hotel hanya selama dua hari," katanya.
Francis hanya memiliki jatah pengeluaran sebesar USD 10 (sekitar Rp 141.000) per hari. Namun selama di Iran, ia mampu berhemat banyak karena banyak orang setempat yang mengundangnya makan bersama, dan bahkan menginap.
"Persepsi saya tentang Iran telah berubah. Saya menyadari bahwa Anda seharusnya tidak membentuk opini tentang sebuah negara berdasarkan geopolitiknya," katanya.
Pemberhentian berikutnya adalah Azerbaijan, di mana polisi perbatasan kesulitan memverifikasi dokumen perjalanannya, karena dia "kehilangan banyak berat badan dari kegiatan bersepeda konstan".
"Saya tidak terlihat seperti foto saya di paspor. Polisi menghabiskan lebih dari delapan jam untuk memverifikasi data saya, tetapi mereka berlaku baik kepada saya," cerita Francis.
Advertisement
Sempat Berada di Tanah Tak Bertuan
Ketika Francis tiba di Georgia, ia ditolak oleh pihak imigrasi dan berpikir untuk mengubah rencana, sekitar setengah jalan ke Moskow.
"Saya memiliki semua dokumen tetapi masih tidak tahu mengapa saya ditolak masuk. Itu membuat saya dalam situasi genting karena saya memiliki visa masuk tunggal untuk Azerbaijan," katanya.
Fransiskus terjebak di "tanah tak bertuan" antara Georgia dan Azerbaijan selama sehari. Dia akhirnya diberi visa mendesak oleh Azerbaijan untuk masuk kembali.
"Saya kemudian harus mencari rute lain untuk masuk ke Rusia. Seseorang mengatakan kepada saya bahwa Azerbaijan berbagi perbatasan darat dengan wilayah Dagestan di Rusia," katanya.
"Saya pergi ke sana tanpa menyadari bahwa itu tidak dianggap aman. Tapi saya tidak punya pilihan untuk mundur dan saya memasuki Dagestan pada 5 Juni," lanjutnya bercerita.
Kendala bahasa menjadi masalah besar bagi Francis karena orang-orang jarang bisa berbicara bahasa Inggris di kawasan Dagestan.
"Orang-orang sangat terkejut melihat seorang India dengan sepeda memasuki area mereka. Sekali lagi, saya menggunakan bahasa universal sepakbola dan film untuk membuat orang-orang terbuka kepada saya."
Francis sekarang berhasil sampai ke Tambov, sebuah kota sekitar 460 kilometer di selatan Moskow melalui jalan darat. Dia harus berada di ibu kota Rusia pada 26 Juni, ketika berlangsungnya pertandingan antara Prancis versus Denmark.