Dolar AS Jatuh, Harga Emas Merangkak Naik

Harga emas di pasar spot naik 0,2 persen menjadi USD 1.265,4 per ounce.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 22 Jun 2018, 06:40 WIB
Ilustrasi Harga Emas Naik (Liputan6.com/Andri Wiranuari)

Liputan6.com, Jakarta - Harga emas sedikit menguat pada perdagangan Kamis setelah mengalami penurunan selama enam bulan akibat apresiasi dolar Amerika Serikat (AS). Namun dolar AS mulai melemah dari posisi tertinggi 11 bulan.

Dikutip dari Reuters, Jumat (22/6/2018), harga emas di pasar spot naik 0,2 persen menjadi USD 1.265,4 per ounce. Sementara posisi terendahnya USD 1.260,84 per ounce sejak 19 Desember 2017.

Harga perak terkeren naik 0,4 persen ke posisi USD 16,33 per ounce dari sebelumnya USD 16,16 per ounce atau terendah sejak 2 Mei ini. Sedangkan harga platinum susut 0,1 persen menjadi USD 866,10 per ounce.

"Harga emas mulai meningkat karena pelemahan dolar AS," kata RJO Futures Dan Pavilonis.

Dolar AS jatuh dari level tertingginya 11 bulan terhadap beberapa mata uang utama memicu aksi ambil untung. Suku bunga AS yang lebih tinggi dan prospek kenaikan lanjutan dari The Fed telah mengangkat dolar AS ke level tertinggi sejak Juli 2017.

Suku bunga yang lebih tinggi akan mendorong investor untuk menjual emas. Namun demikian, para pedagang yakin akan ada permintaan emas dari Rusia.

"Kami telah mendengar berita selama beberapa minggu terakhir bahwa Rusia telah membeli lebih banyak emas dan menjual obligasi AS," Pavilonis menambahkan.

 


Selanjutnya

Ilustrasi Harga Emas

Wakil Presiden PT RBC Capital Markets George Gero mengatakan, Rusia bisa saja menaikkan mata uangnya karena penurunan harga minyak mentah.

"Mereka (Rusia) adalah produsen emas besar, mungkin mereka mencoba menstabilkan pasar," ujarnya.

Sementara itu, kepemilikan emas di bursa telah jatuh sejak April. "Ketidakpastian biasanya akan memicu permintaan emas sebagai instrumen safe haven," ucap Analis Julius Baer Carsten Menke.

Menurutnya, investor AS tengah fokus pada pasar domestik maupun perkembangan ekonominya. Termasuk ancaman dari perang dagang.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya