Liputan6.com, Jakarta - PT Pertamina (Persero) menyatakan, saat ini sudah ada 329 Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU), di Jakarta, Jawa Barat (Jabar) dan Banten, yang menjual Bahan Bakar Minyak (BBM) standar Euro 4 dari kilang Balongan, Jawa Barat.
Vice President Corporate Communication Pertamina Adiatma Sadjito mengatakan, saat ini kilang Balongan sudah mampu memproduksi BBM dengan standar setara Euro 4, melalui produk Pertamax Turbo.
Baca Juga
Advertisement
"Setara Euro 4 sudah produksi Balongan Pertamax Turbo. Jadi Euro 4 banyak macamnya salah satunya sulfur di bawah 50," kata Adiatma, di Jakarta, Jumat (22/6/2018).
Pertamax Turbo yang diproduksi dari Kilang Balongan mencapai 9.500 kiloliter (kl) per bulan. Disalurkan di wilayah Marketing Operation Region (MOR) I meliputi Jakarta, Jawa Barat dan Banten melalui 329 SPBU.
"Kalau di seluruh Jawa itu ada 790-an SPBU yang jual Pertamax Turbo. Jadi dari Balongan ke Jakarta lewat pipa 20 inch keluar di Plumpang baru didistribusi," ujarnya.
Menurut Adiatma, pasokan Pertamax Turbo dengan standar setara Euro 4 dari Balongan mencukupi untuk memenuhi kebutuhan ajang pertandingan olahraga Asian Games di wilayah Jakarta dan Jawa Barat. Sedangkan di Palembang, dia belum mengetahui sumber pasokannya.
"Mencukupilah, kan itukan sebenarnya untuk Jakarta (BBM standar Euro 4). Kenapa Jakarta karena sulfurnya sudah 35 mikrogram. Jadi sudah tinggi sekali, sudah enggak sehat," tandasnya.
Premium Wajib Dijual, Pertamina Prediksi Konsumsi Pertalite Turun
PT Pertamina (Persero) memprediksi konsumsi bahan bakar minyak (BBM) Premium akan menurun, seiring diwajibkannya kembali penjualan Premium di Jawa, Madura dan Bali (Jamali) karena berstatus penugasan.
Vice President Corporate Communication Pertamina Adiatma Sadjito mengatakan, kebijakan status Premium penugasan di Jamali membuat kuota penjualan Pertalite berkurang. Ini karena keterbatasan tangki penyimpanan Bahan Bakar Minyak (BBM) di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) yang harus diisi Premium kembali.
"Berkurang pasti kan tangkinya tetap. kan SPBU tanki ada 5, kan enggak mungkin bikin tangki lagi," kata Adiatma, di Kantor Pertamina Pusat, Jakarta, Kamis (21/6/2018).
Adiatma melanjutkan, dengan berkurangnya jumlah Pertalite yang dijual maka akan menurunkan konsumsi BBM jenis ini dan membuat konsumsi Premium naik kembali.
Dia pun menyayangkan kondisi ini, karena Pertalite yang kualitasnya lebih baik telah menggantikan Premium.
"Balik ke Premium mengurangi Pertalite. jadi, enggak ada lagi pertalite. padahal dari ron 88 (Premium) sudah mulai naik 90 (Pertalite)," ujarnya.
Menurut Adiatma, peralihan konsumsi BBM dari Premium ke Pertalite merupakan jembatan agar masyarakat beralih ke BBM dengan kualitas yang lebih baik, hingga pada akhirnya menggunakan BBM dengan standar Euro 4.
"Kita baru sampai di tengah. pertalite bukan sasaran akhir. 92 (Pertamax) dan Euro IV jadi sasaran akhir," jelas dia.
Perubahan status Premium di Jamali menjadi penugasan, diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 43 Tahun 2018, tentang perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 191 Tahun 2014 tentang Penyediaan pendistribusian dan harga eceran BBM.
Dengan begitu Pertamina, selaku badan usaha yang ditugaskan menjual Premium penugasan wajib menyalurkan BBM ini di Jamali.
Dengan adanya kewajiban penyaluran Premium di Jamali, maka volume Premium ditambah dari sebelumnya ditetapkan 7,5 juta kilo liter (kl) menjadi 11,8 juta kl.
Alokasi volume penugasan tersebut merupakan alokasi volume penugasan di luar wilayah Pulau Jawa, Madura dan Bali selama satu tahun, terhitung mulai 1 Januari 2018. Ini ditambah alokasi volume penugasan di wilayah Jamai yang dihitung sejak Keputusan ini ditetapkan.
Advertisement