OJK dan BI Kompak Gelar Halalbihalal

OJK dan BI menggelar halalbihalal usai Lebaran.

oleh Bawono Yadika diperbarui 22 Jun 2018, 10:27 WIB
Halal BIhalal OJK di Gedung BI (Dok Foto: Bawono Yadika Tulus/Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta - Belum memasuki pukul 08.30 WIB, Hall Bank Indonesia sudah ramai dipenuhi antrean orang yang hendak bersalaman dalam acara halalbihalal Otoritas Jasa Keuangan (OJK) di Lobby Gedung Radius Prawiro Bank Indonesia (BI), Jumat (22/6/2018).

Pejabat OJK pun lengkap hadir menyambut tamu-tamu yang datang, seperti Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso, Wakil Ketua Dewan Komisioner Nurhaida, dan Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Heru Kristiyana.

Hadir pula Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK Hoesen, Anggota Dewan Komisioner Ahmad Hidayat, serta Anggota Dewan Komisioner Bidang Edukasi serta Perlindungan Konsumen OJK Tirta Segara.

Terlihat tamu yang datang pada momen silaturahmi ini, di antaranya mantan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Mari Elka Pangestu, Anggota Badan Supervisi BI Tony Prasetiantono, Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Tito Sulistio, serta Kepala Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH) Anggito Abimanyu maupun Wakil Gubernur DKI Sandiaga Uno.

Dalam kesempatan yang sama dilaksanakan pula halalbihalal BI yang dihadiri Gubernur BI Perry Warjiyo, Deputi Gubernur BI Sugeng, dan Deputi Gubernur BI Rosmaya Hadi.

Silaturahmi Lebaran antara Bank Indonesia dan OJK pun sampai detik ini ramai dihadiri tamu-tamu undangan yang datang.


IHSG dan Rupiah Merosot, OJK Nilai Masih Kondisi Normal

Kepala OJK Wimboh Santoso. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) turut menenangkan pasar di tengah kondisi rupiah yang tertekan tembus di atas 14.000 per dolar Amerika Serikat (AS). Diperkirakan masih ada sentimen lanjutan yang mempengaruhi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.

Ketua Dewan Komisioner OJK, Wimboh Santoso, mengatakan tekanan terhadap pasar uang di negara berkembang, seperti Indonesia, merupakan hal yang wajar. Ini mengingat perkembangan yang terjadi di AS.

"Ini sudah terjadi berkali-kali dan kita sudah menghadapi hal seperti ini yang sama. Jadi, tidak ada kejadian luar biasa," kata Wimboh di Gedung Ditjen Pajak, pada 11 Mei 2018. 

Memang di sektor keuangan ada beberapa yang melakukan rebalancing. Namun demikian, hal itu wajar terjadi mengingat hal yang sama juga terjadi di negara berkembang lainnya.

Pelemahan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) beberapa hari belakangan, menurut dia, merupakan hal yang wajar terjadi. Karena sebelumnya IHSG juga naik signifikan, bahkan tembus ke 6.500.

"Untuk itu kami melihat kondisi ini masih dalam tatanan kondisi normal, sehingga kami tidak perlu mengambil kebijakan yang drastis. Ini masih kami konsederasikan dalam kondisi normal," ucap Wimboh.

Bahkan, kondisi ekonomi dalam negeri justru meningkat. Seperti di sektor perbankan, Wimboh mengklaim, saat ini sangat sehat.

Dari sisi kredit, hingga akhir Maret 2018, secara year on year (YoY) mampu tumbuh 8,54 persen. Sedangkan NPL juga mulai menurun menjadi 2,75 persen. Di samping itu, tren suku bunga secara bertahap juga menurun, bahkan untuk deposito 1 bulan sebesar 5,63 persen, deposito 3 bulan 5,90 persen, deposito 6 bulan 6,24 persen, dan deposito 12 bulan 6,15 persen.

"Suku bunga kredit juga menurun, bahkan beberapa korporasi di bawah 9 persen. Secara rata-rata kredit modal kerja sekitar 10 persen," ucap Wimboh.

Seperti diketahui, laju IHSG mencapai rekor tertinggi pada 2018. Sebelum alami koreksi tajam, IHSG sempat sentuh level tertinggi di kisaran 6.689,29 pada 19 Februari 2018. Sedangkan posisi rupiah berada di posisi kuat terhadap dolar AS pada Januari 2018 di kisaran 13.290.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya