Bos BEI Khawatir Bunga Acuan BI Kembali Naik

alah satu dampak kenaikan suku bunga acuan BI nantinya bisa memperlambat rencana pemerintah menggenjot sarana infrastruktur.

oleh Bawono Yadika diperbarui 22 Jun 2018, 12:30 WIB
Ilustrasi Foto Suku Bunga (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Tito Sulistio mengaku khawatir Bank Indonesia (BI) bakal kembali menaikkan suku bunga. Bila suku bunga kembali terjadi, dinilai bisa menganggu proyek pemerintah serta pasar modal Indonesia.

"Musuh terbesar di pasar modal ya memang tingkat suku bunga dan kenaikan suku bunga ini mau tidak mau cukup mengganggu," ujar dia di Bank Indonesia, Jakarta, Jumat (22/6/2018).

Ia menambahkan, dari pihak otoritas mengharapkan agar kenaikan suku bunga ini dapat terus ditekan atau tidak mengalami kenaikan secara konsisten. "Evaluasinya adalah memang kalau bursa ditanya kalau bisa ya suku bunga jangan naik, itu aja," kata dia.

Menurut Tito, salah satu dampak kenaikan suku bunga ini nantinya bisa memperlambat rencana pemerintah menggenjot sarana infrastruktur. Ini disebabkan perbankan dan pasar modal cenderung sulit untuk memberikan pinjaman.

"Karena kenaikan suku bunga, kalau bisa memang priority-nya adalah kita ini perlu dana infrastruktur untuk membangun. Faktanya perbankan tahun lalu Rp 240 Triliun, sedangkan pasar modal Rp 802 triliun," dia menjelaskan.

Meski begitu, Tito mengaku sepenuhnya menyerahkan kebijakan tersebut pada pemerintah selaku pemegang otoritas.

"Kalau tingkat suku bunga naik bank juga susah pinjamin duit, pasar modal juga susah. Mungkin ada satu trade off yg benar sehingga walaupun bank LDR-nya (loan to deposit ratio) tinggi, pasar modal tetap bisa memiliki raising dana. Satu trade off yang benar, pada tingkat suku bunga tepat, dan itu saya lepaskan kepada otoritas pemerintah," tandas dia.


Penyebab Rupiah Ambruk Lagi ke 14.000 per Dolar AS

Petugas memperlihatkan uang pecahan dolar Amerika di salah satu gerai penukaran mata uang di Jakarta, Jumat (18/5). Pagi ini, nilai tukar rupiah melemah hingga sempat menyentuh ke Rp 14.130 per dolar Amerika Serikat (AS). (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat kembali melemah pada perdagangan hari ini, Kamis (21/6). Mengutip data Bloomberg, rupiah dibuka di level Rp 14.090 per dolar AS. 

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution menilai, pelemahan rupiah hari ini terpengaruh dampak dari kenaikan suku bunga acuan The Fed atau Fed Fund Rate (FFR).

Namun demikian, mantan Gubernur Bank Indonesia (BI) ini meminta kepada masyarakat agar tidak terlalu khawatir dengan kondisi tersebut. 

"Karena kan bunga di sananya bergerak. Jangan terlalu dirisaukan," kata Darmin saat ditemui di kantornya, Jakarta, Kamis (21/6/2018).

Darmin lebih jauh mengatakan, faktor lain pelemahan rupiah akibat dari dampak faktor libur panjang Lebaran kemarin.

"Bahwa dia (dolar) naik satu persen bahwa ya memang agak lebih ditambah karena kita liburnya banyak. Orang enggak tahu ini bagaimana. Ya orang hantam saja di hari pertama kerja," terangnya. 

Darmin pun optimistis, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan segera membaik.

"Oleh karena itu (pelemahan rupiah) jangan itu dianggap sudah akhir cerita. Lusa juga berubah lagi" tandasnya.

 

Reporter : Dwi Aditya Putra

Sumber : Merdeka.com

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya