Liputan6.com, Jakarta - Di bawah komando Francisco de Mello, Las Cinque Chagas berangkat dari Goa menuju Portugal pada 1593. Kapal dagang tersebut membawa pundi-pundi harta: 3,5 juta portuguese cruzados (mata uang Portugis) dan 22 peti berisi berlian, rubi, mutiara yang nilainya pada 1971 diperkirakan mencapai lebih dari US$ 1 miliar.
Namun, berdasarkan perkiraan terbaru, nilai harta karun di Las Cinque Chagas konon mencapai US$ 15-20 miliar.
Baca Juga
Advertisement
Selama perjalanan, bahtera seberat 1.200 ton itu mengalami banyak kendala, dari wabah yang menewaskan setengah isi kapal, kekurangan bahan makanan dan air yang terpaksa dilempar saat dek mengalami kebocoran, hingga badai yang menyeretnya menuju dekat Pulau Faial.
Di perairan antara Pulau Pico dan Faial, para pelaut Portugis melihat armada Inggris yang terdiri atas tiga kapal -- Mayflower, the Royal Exchange, dan the Sampson. Pertempuran pun tak terelakkan.
Pada 23 Juni 1594 tengah hari, setelah bertempur sengit selama 24 jam, armada Inggris mencoba mengambil alih Las Cinque Chagas.
"Lautan berwarna ungu, bercampur dengan darah orang-orang yang mengalir dari pipa drainase. Dek penuh dengan jasad manusia, api mengamuk di beberapa bagian kapal," demikian dikutip dari artikel The Nau Chagas yang ditulis Paulo Alexandre Monteiro dari Centro de Nacional de Arqueologia Subaquática nos Açores, Jumat (22/6/2018).
"Udara pekat dengan asap. Kami tak bisa melihat satu sama lain, juga tak bisa saling mengenali, semua hitam, tertutup jelaga dari api dan mesiu."
Pertempuran terus berlanjut. Saat melihat api mengamuk tak terkendali dan pasukan Inggris di atas angin, pihak Portugis memutuskan untuk meninggalkan kapal. Mereka meraih apapun yang bisa mengambang di air.
Pada saat bersamaan, perahu yang mengangkut tentara Inggris bersenjata mendekat. Mereka menembaki siapapun yang terlihat menyembul di atas air.
Mereka yang terhindar dari pembantaian adalah para perempuan yang menanggalkan pakaian luar mereka, dengan harapan belas kasihan dan 'kesalehan' dari pihak Inggris.
Namun tidak bagi Dona Isabel Pereira. Ia dan putrinya, Dona Luisa de Melo Coutinho yang berusia 16 tahun menolak untuk menanggalkan pakaian dan mengikat diri bersama-sama dengan tali yang biasa dikenakan biarawan Fransiskan.
Keduanya pergi ke sisi kapal yang berlawanan dan melompat ke laut. Pada hari berikutnya jasad mereka ditemukan di pantai, masih dalam kondisi terikat.
Sementara itu, di atas Las Cinque Chagas, api berkobar tak terkendali sepanjang malam hingga mencapai ruang penyimpanan bubuk mesiu. "Kapal pun meledak dan puing-puingnya berserakan di atas air."
Ledakan luar biasa dahsyat, ratusan orang Portugis tewas, termasuk pria, perempuan, dan anak-anak. Pun dengan 35 pasukan Inggris yang masih ada di sana saat bahtera itu meledak.
Seperti dikutip dari The Guardian, Las Cinque Chagas menjadi salah satu kapal paling dicari di dasar lautan, selain San Jose yang konon mengangkut harta karun berupa platina, zamrud, dan batuan berharga lainnya.
Las Cinque Chagas diperkirakan tenggelam di perairan Azores bersama harta karun yang dibawanya. "Ia diduga karam di bawah laur sedalam 2.500 kaki (762 meter)," demikian dikutip dari The Guardian.
Teror Beruntun pada 1985
Tak hanya asal-usul legenda harta karun Las Cinque Chagas, sejumlah kejadian bersejarah juga terjadi pada tanggal 26 Juni.
Pada 1985, pesawat Air India Penerbangan 182 meledak di atas perairan Irlandia. Insiden tersebut menewaskan 329 penumpang dan awak kapal terbang.
Seperti dikutip dari britannica.com, kapal terbang nahas tersebut sedang dalam perjalanan dari Toronto, Kanada menuju London, Inggris. Kemudian burung besi itu kembali terbang menuju Bombay (Mumbai).
Air India Penerbangan 182 meledak hanya 5 menit sebelum tiba di London. Tak ada peringatan atau panggilan darurat yang sempat disampaikan.
Saat pesawat menghilang dari layar radar, staf di Bandara Heathrow segera mengerahkan petugas layanan darurat. Namun, tak ada penyintas yang ditemukan.
Sekitar satu jam sebelumnya, bom meledak di Bandara Narita, Tokyo, Jepang.
Dua petugas bagasi tewas, dan empat lainnya luka dalam ledakan yang terjadi sekitar 40 menit setelah pesawat CP Air Penerbangan 003 tiba dari Vancouver, British Columbia, membawa 374 penumpang dan 16 awak pesawat.
Diduga, bom itu dirancang untuk meledakkan pesawat tersebut. Namun, CP Air Penerbangan 003 tiba 15 menit lebih awal dari waktu yang dijadwalkan.
Seperti dikutip dari New York Times, pihak kepolisian Jepang menyelidiki apakah insiden tersebut terkait dengan bom yang meledak di Air India.
Advertisement