PBB: Lebih dari 200 Imigran Ilegal Tewas Tenggelam di Laut Mediterania

Laporan terbaru PBB menyebut sebanyak lebih dari 200 orang imigran ilegal tewas tenggelam ketika berupaya ke Eropa melalui Laut Mediterania.

oleh Happy Ferdian Syah Utomo diperbarui 23 Jun 2018, 09:12 WIB
Wajah pengungsi dan imigran saat diselamatkan LSM Proactiva Open Arms Spanyol di utara pantai Libya, Minggu (6/5). Mereka berasal dari Bangladesh, Mesir, Nigeria, Marrocos, Gana, Pakistan, Sudan, Libya, Eritrea, dan Senegal. (AP Photo/Felipe Dana)

Liputan6.com, Tripoli - Menurut laporan terbaru yang dilansir oleh PBB, lebih dari 200 orang imigran ilegal tenggelam setelah meninggalkan Libya, dalam upaya menyeberangi Laut Mediterania menuju Eropa.

Pada hari Selasa, 19 Juni 2018, setidaknya 95 orang tewas saat berlayar dengan perahu kayu yang membawa 100 orang penumpang. Kapal itu ditemukan terbalik di dekat ibukota Libya, Tripoli, dengan hanya menyisakan lima korban selamat.

Pada hari yang sama, sebagaimana dikutip dari CNN pada Jumat (22/6/2018), setidaknya 70 orang dilaporkan tenggelam setelah sebuah perahu kayu di sisi lain pesisir Libya mengalami kebocoran.

Sebanyak 60 orang yang berhasil diselamatkan telah dibawa ke rumah sakit di Libya. Meski begitu, PBB belum mengetahui pasti apakah mereka telah mendapatkan perawatan medis yang memadai atau belum.

Sehari kemudian, Penjaga Pantai Libya mendapat panggilan darurat ke Garabulli, sekitar 40 mil (setara 64,3 kilometer) sebelah timur Tripoli. Sebanyak 50 orang imigran ilegal ditemukan tewas tenggelam, setelah kapal perahu yang mereka tumpangi karam akibat kelebihan muatan.

"Kematian tragis ini merupakan peringatan bahwa perang dan kemiskinan terus mendorong orang untuk melakukan perjalanan berisiko, yang membuat mereka kehilangan tabungan, martabat dan akhirnya kehidupan mereka," kata Filippo Grandi, Komisaris Tinggi PBB untuk Urusan Pengungsi.

Ditambahkan oleh PBB, bahwa kasus imigran ilegal yang tenggelam bukan merupakan hal baru. Pada Februari lalu, sebagian besar dari 90 orang yang beremigrasi dari Libya dilaporkan tewas tenggelam, beberapa puluh kilometer lepas pantai Pulau Sisilia di Italia.

Organisasi Migrasi Internasional --yang berada di bawah naungan PBB-- melaporkan bahwa antara 700 ribu hingga satu juta orang migran berada di Libya, untuk antre menyeberang ke Eropa.

 

Simak video pilihan berikut: 

 

 


Kisruh di Libya

Warga menenangkan wanita usai serangan bom mobil ganda di Kota Benghazi, Libya, Rabu (24/1). Korban tewas di antaranya pemimpin unit investigasi dan penangkapan yang bertugas untuk Komando Pasukan Keamanan Libya Timur. (AFP PHOTO/Abdullah DOMA)

Libya, negara dengan populasi nasional sekitar 6,2 juta jiwa, telah lama dikenal sebagai jalur keberangkatan para imigran gelap menuju Eropa.

Tidak stabilnya kondisi politik dan keamanan menjadi dua faktor utama yang menyuburkan praktik "penyelundupan manusia", termasuk memfasilitasi imigran ilegal untuk keluar dari Afrika Utara.

Meski diketahui kaya akan sumber minyak bumi, namun Libya terus dilanda kekerasan dan kemiskinan dalam beberapa tahun terakhir.

"Kondisi tidak sehat" itu berlangsung sejak berkobarnya perang sipil di negara itu, yang dimulai pada tahun 2011, ketika pasukan pemerintah pimpinan mendiang Moammar Khadafi terus terdesak oleh kelompok pemberontak. 

Perang dalam skala kecil masih kerap terjadi di Libya saat ini, dan sanksi ekonomi belum juga dicabut sepenuhnya oleh AS dan Sekutu. 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya