Liputan6.com, London - Keluarga kerajaan Inggris baru-baru ini mengumumkan rencana kunjungan Pangeran William ke Israel, salah satu negara Timur Tengah yang dilanda konflik.
Padahal selama bertahun-tahun, Kementerian Luar Negeri menyarankan agar pihak Istana Buckingham menghindari perang yang tak dapat didamaikan, khususnya di Israel.
Advertisement
Namun kunjungan anak tertua Putri Diana ini bukanlah untuk tujuan politik atau mendamaikan konflik yang terlanjur larut, melainkan untuk menjalankan titah seseorang yang sangat dihormatinya: Pangeran Philip. Karena di Yerusalem-lah ibunda suami Ratu Elizabeth II itu dikebumikan.
Putri Alice dari Yunani, yang memunculkan sensasi dengan berpakaian biarawati saat menjalani Queen's Coronation atau penobatan Ratu Elizabeth, meninggal dengan tenang pada tahun 1969 di usia 84 tahun.
Jenazahnya sempat disemayamkan di St. George's Chapel, Windsor selama beberapa tahun, namun sebelum meninggal dia berwasiat agar dimakamkan di Israel supaya dekat dengan makam bibi sekaligus penasihat kepercayaannya Elizabeth, Grand Duchess of Russia, yang dikebumikan di sebuah biara di Israel, demikian seperti dikutip dari Daily Mail, Sabtu (23/6/2018).
Pada tahun 1988, keinginan itu akhirnya dikabulkan. Jasad Alice diantar dari Windsor ke biara Rusia di St. Mary Magdalena, di atas Taman Getsemani di Bukit Zaitun.
Kala itu, Philip dicegah untuk menghadiri upacara pemakaman ibunya. Ia diperintahkan untuk tak datang ke Israel karena alasan politik. Tidak sampai enam tahun kemudian, tepatnya pada 1994, ia diizinkan untuk berkunjung.
Meski dikenal sebagai anak yang berbakti kepada ibunya dan seorang yang religius, Philip belum pernah lagi mengunjungi makamnya sejak saat itu.
Sedangkan anaknya, Pangeran Charles pernah mengunjungi makam sang nenek, itu juga hanya sekali dan kebetulan ada undangan untuk menghadiri pemakaman Shimon Peres pada tahun 2016.
Sekarang giliran Pangeran William. Akhir pekan ini, ia akan berkunjung ke negara-negara Timur Tengah yang dilanda konflik, seperti Yordania, Israel, dan Palestina.
Ia akan berada di luar Inggris selama lima hari dan pada pagi terakhir turnya, ia akan mendatangi Bukit Zaitun di atas Kota Tua Yerusalem ke St. Mary Magdalena, di mana ia akan memberikan penghormatan untuk nenek buyutnya.
Apa pun keuntungan politik dari misi diplomatik ini, setidaknya Pangeran William bisa mewujudkan keinginan kakeknya untuk mengunjungi makam Alice.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Kisah Kelam Pengeran Philip
Hubungan Pangeran Philip dengan Alice sebenarnya sangat rumit dan bahkan dikabarkan tidak bahagia -- meski didasarkan pada cinta yang mendalam untuk seorang ibu yang tidak pernah bisa ia capai.
Philip adalah anak terakhir dari lima bersaudara yang lahir dari pasangan Pangeran Andrew dan Putri Alice, saudara perempuan Earl Mountbatten. Di hari kelahirannya, 10 Juni 1921, Philip menempati urutan keenam sebagai pewaris takhta Yunani, peringkat yang sama dengan Pangeran Harry di keluarga kerajaan Inggris.
Tetapi anggota keluarga kerajaan Yunani harus rela kehilangan statusnya karena negara yang diperintahnya berubah jadi republik. Mereka melarikan diri dari negara itu dengan kapal perang Inggris. Kala itu, Philip berusia 18 bulan.
Inilah awal dari masa kecilnya yang pahit, yang membuatnya terpisah dari kedua orang tua pada usia belia.
Awalnya, keluarga Philip menetap di sebuah pondok kecil di pinggiran Paris, St Cloud. Bangunan sederhana ini adalah milik bibinya, Marie Bonaparte, yang menikah dengan Pangeran George dari Yunani.
Kerumitan hidup Philip tak hanya sampai di situ saja.
Pangeran George -- yang tinggal di taman seberang pondoknya -- jatuh cinta dengan pamannya sendiri, Pangeran Waldemar dari Denmark, seorang pria yang sepuluh tahun lebih tua darinya. Keduanya bahkan terang-terangan mengaku mempunyai hubungan spesial sejenis.
Advertisement
Keluarga yang Hancur
Setelah kabur dari Yunani, keluarga Philip tak mempunyai uang karena harta mereka sudah habis dan tak ada pemasukan. Seluruh tagihan sebagian besar dibayar oleh bibinya yang kaya dan saudara perempuannya.
Ibu Philip juga bertingkah aneh. Dia menderita tuli kronis dan mulai mencoba-coba hal-hal berbau rohani, menggunakan gelas di atas meja untuk mengeja kata-kata yang diklaimnya diterima dari "dunia lain".
Pada saat Philip berusia delapan tahun, kondisi kejiwaan Alice mulai kacau. Keyakinannya membuat dirinya semakin eksentrik dan bertingkah tak wajar. Pernah suatu ketika, Alice tiba-tiba berbaring di lantai dan mengaku "sedang membangun kekuatan dari Tuhan", dan mengklaim bahwa dia menerima pesan dari alam gaib tentang suami untuk para putrinya.
Pada Natal tahun itu, Alice meninggalkan rumah kecilnya dan memilih untuk berada di sebuah hotel di selatan Prancis, di mana dia menghabiskan Natal di kamar mandi. Ketika dia kembali, menurut penulis biografi Philip Eade, Alice menyatakan dirinya sebagai 'pengantin wanita Kristus'.
Dia mengaku mendengar suara-suara "dunia lain" dan memiliki kontak fisik dengan Yesus serta tokoh agama lainnya. Untuk mengetahui kondisinya, seorang psikolog pun dipanggil. Alice didiagnosa mengalami skizofrenia dan berjuang untuk melawan rasa frustasi karena dorongan seksualnya.
Pada usia 44 tahun inilah, indung telur Alice dibekukan sehingga dia mengalami menopause dini.
Tepat sebelum hari ulang tahun kesembilan Philip, ibunya dibawa paksa oleh dokter ke sebuah lembaga perawatan mental. Dia mencoba melarikan diri, tetapi usahanya gagal karena bius morfin yang diberikan padanya.
Ayahnya, Pangeran Andrew, tidak mampu mengatasi krisis keluarganya dan tak sanggup mengasuh kelima anaknya. Ia akirnya kabur ke Prancis selatan. Sejak saat itu, ia tak pernah kembali dan tak ada yang tahu di mana rimbanya.