Liputan6.com, Medan - Dua alat Multibeam Scan Sonar diturunkan untuk mencari korban dan bangkai KM Sinar Bangun yang karam di perairan Danau Toba, Sumatera Utara, Senin 18 Juni lalu.
Alat pertama yang digunakan untuk mendeteksi benda dengan jarak 600 meter di dalam air sudah digunakan tim SAR gabungan, namun tidak juga membuahkan hasil.
Advertisement
Kepala Basarnas M Syaugi mengatakan, untuk alat Multibeam Scan Sonar kedua kemampuannya melebihi dari alat yang pertama, yaitu bisa mendeteksi dengan jarak 2.000 meter atau 2 kilometer di bawah air.
"Alat tersebut sudah di sini dan sekarang sedang kita instal. Dengan alat baru ini, kita berharap bisa melihat kapal itu," kata Syaugi, Sabtu (23/6/2018).
Selain bisa mendeteksi benda (KM Sinar) pada kedalaman 2.000 meter di bawah air, alat tersebut juga bisa mendeteksi keberadaan benda di samping kanan dan kiri dengan jarak maksimal 500 meter.
"Dengan menggunakan dua alat scan sonar, wilayah di Danau Toba ini akan kita sapu. Karena alat ini sangat canggih," ucap Syaugi.
Pada pencarian hari keenam ini, tim SAR gabungan tetap menggunakan alat Scan Sonar yang mampu mendeteksi jarak 600 meter milik Disposal Mabes TNI Angkatan Laut.
"Kita lihat di peta, keselamatan maksimal Danau Toba 550 meter, ternyata setelah didalami melebihi 600 meter," ungkapnya.
Akan Dievaluasi
Syaugi menyebut, jika nantinya kedua alat tersebut tidak mampu mendeteksi keberadaan korban hilang dan bangkai kapal, pihaknya akan kembali mengevaluasi tahap demi tahap sejak hari pertama.
"Untuk penyelam maksimal cuma 50 meter. Hari ketiga kita gunakan Remote Onderwater Vehicle (ROV) jarak 300 meter juga belum bisa melihat," sebutnya.
KM Sinar Bangun tenggelam di Danau Toba pada Senin, 18 Juni 2018. Saat itu kapal diduga membawa 180-an penumpang dan puluhan sepeda motor. Hingga kini 21 korban sudah dievakuasi, 18 selamat dan 3 meninggal dunia.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Advertisement