Pengamat: Jokowi Jangan Pilih Cawapres Tokoh Parpol

Menurut Hanta, Jokowi butuh tokoh yang mampu membantu elektabilitasnya. Karena sebagai petahana meski elektabilitas masih unggul tapi posisinya belum aman.

oleh Liputan6.com diperbarui 23 Jun 2018, 20:34 WIB
Presiden Joko Widodo atau Jokowi menyalami sejumlah kader saat Rakernas PDIP III Tahun 2018 di Badung, Bali, Jumat (23/2). (Liputan6.com/Pool/Biro Pers Setpress)

Liputan6.com, Jakarta - Direktur Eksekutif Poltracking Indonesia Hanta Yuda menyarankan Joko Widodo atau Jokowi jangan menunjuk calon wakil presiden dari ketua umum partai. Sebab, hal itu bakal merusak koalisi yang telah dibangun.

"Jangan ketua umum partai. Kalau dari ketum partai akan merusak konsolidasi dan soliditas koalisi. Terutama belum tentu PDIP terima,” ujar Hanta di Thamrin, Jakarta Pusat, Sabtu (23/6/2018).

Hanta menambahkan, cawapres yang bakal menang di 2019 nanti, berpotensi menjadi capres di 2024. Karenanya, bakal mengancam partai lain yang tokohnya tidak terpilih. Partai yang diuntungkan dengan efek ekor jas (coat tail effect), hanya yang tokohnya ditunjuk Jokowi.

"2019 nanti cawapres, kemudian menang jadi wapres, ini kan akan menjadi capres kuat di 2024 nanti dan itu berbahaya bagi partai lain," imbuhnya.

Menurut Hanta, Jokowi butuh tokoh yang mampu membantu elektabilitasnya. Karena sebagai petahana meski elektabilitas masih unggul tapi posisinya belum aman. Apabila ingin menunjuk tokoh partai, kata dia, cari yang bukan ketua umum.

"Jadi sebaiknya orang nonpartai atau orang partai yang bukan ketum. Tapi dia punya modalitas elektoral," kata dia.

 


Ketum Parpol Antre

Presiden Joko Widodo atau Jokowi berpose bersama Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri saat Rakernas PDIP III Tahun 2018 di Badung, Bali, Jumat (23/2). (Liputan6.com/Pool/Biro Pers Setpress)

Diketahui, sejumlah Ketua Umum Partai mengantre sebagai cawapres Jokowi. Sebut saja Ketum Golkar Airlangga Hartarto, Ketum PPP Romahurmuziy, dan Ketum PKB Muhaimin Iskandar. Bahkan Muhaimin telah mendeklarasikan sepihak dengan relawan Jokowi-Imin (JOIN).

Di lain pihak, pesaing Jokowi, Prabowo Subianto juga masih mencari siapa pendampingnya. Berbeda dengan Jokowi, Prabowo dinilai lebih baik memilih cawapres dari tokoh partai. Hal tersebut demi keberlangsungan koalisi.

"Justru pak Prabowo itu karena beliau Gerindra, wakilnya bisa jadi harus terpaksa mmilih orang partai misalnya dari PKS atau dari PAN atau Demokrat," kata Hanta.

Reporter: Ahda Bayhaqi

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya