Liputan6.com, Jakarta Koalisi Gerindra dan PKS sulit mengulang kemenangan Pilgub DKI Jakarta di Pilgub Jawa Barat. PKS yang dua periode menguasai Pilgub Jawa Barat, diprediksi bakal keok pada Pilkada 2018.
Pasangan calon gubernur yang mereka usung, Sudrajat-Ahmad Syaikhu, selalu menempati urutan terbawah dalam sejumlah survei. Survei lima hari menjelang pencoblosan oleh Poltracking menunjukkan elektabilitas pasangan 'Asyik' hanya mampu bertahan di angka 10,7 persen.
Advertisement
Direktur Eksekutif Poltracking Indonesia Hanta Yuda mengatakan meski PKS memiliki mesin politik yang kuat di Jawa Barat, akan sulit menang jika tidak ditunjang dengan tokoh yang memumpuni.
"Kita mengakui PKS itu punya mesin yang kuat di Jawa Barat tetapi di saat yang sama figurnya harus objektif saya katakan tidak begitu kuat menjual, pak Sudrajat muncul belakangan. Beda ceritanya misalnya figur yang populer kalau kita lihat Ahmad Heryawan bahwa mesin PKS pada 5 tahun yang lalu berpasangan dengan Deddy Mizwar yang populer dia bisa melengkapi," ujar Hanta di Thamrin, Jakarta Pusat, Sabtu (22/6/2018).
Hanta menilai akan berbeda kondisinya jika sejak awal Gerindra dan PKS mengusung Deddy Mizwar dengan Ahmad Syaikhu. "Kalau Dedi Mizwar berpasangan dengan Syaikhu mungkin bisa sangat kuat karena ada kombinasi figur yang kuat dengan mesin politik yang kuat," imbuhnya.
Cara kemenangan dengan menggunakan isu agama dinilai sulit diterapkan di Jawa Barat, seperti di DKI Jakarta. Padahal pemilih nonrasional di Jawa Barat tergolong tinggi dengan alasan memilih berdasarkan agama sampai 30 persen.
Bedanya di Jawa Barat tidak terjadi perpecahan antar dua golongan yang kontras. Calon yang diasosiasikan dengan umat tidak hanya Sudrajat-Syaikhu yang diusung Gerindra dan PKS. Tapi cagub lain, Ridwan Kamil dan Deddy Mizwar juga dipilih oleh golongan Islam.
"Deddy Mizwar juga dipersepsikan cukup bagian dari kelompok itu, kelompok Islam katakanlah, ada Ridwan Kamil juga dan seterusnya itu tidak terbelah. Kalau dia terbelah seperti Jakarta itu berpotensi, sementara di Jawa Barat ternyata tidak," kata Hanta.
Dengan alasan itu, menduplikasi kemenangab Pilgub DKI di Jawa Barat dinilai sebagai strategi yang keliru.
"Kalau ada kelompok koalisi menggunakan strategi menduplikasi strategi di DKI keliru di Jawa Barat. Kenapa keliru? Peta politik yang berbeda karena figur-figur yaitu terpecah tidak hitam putih, tidak berdiri pada posisi politik yang berdiameter tegas seperti DKI, jadi sulit dimainkan," kata Hanta.
Reporter: Ahda Bayhaqi
Sumber: Merdeka.com
Saksikan video di bawah ini: