Liputan6.com, Jakarta - Bagi Anda pemilik kendaraan keluaran baru, sudah saatnya harus berhati-hati memilih bahan bakar. Pasalnya, tidak semua bahan bakar minyak (BBM) sesuai dengan spesifikasi mesin.
Pendiri Safety Defensive Consultant Indonesia (SDCI), Sony Susmana menyampaikan bahwa kendaraan keluaran baru hanya cocok memakai BBM beroktan tinggi, yakni minimal oktannya 92 seperti Pertamax.
Baca Juga
Advertisement
"Kalau kendaraan dipaksa memakai BBM yang tidak sesuai rekomendasi pabrikan maka mesin akan rusak. Apalagi kendaraan keluaran baru dilengkapi Engine Control Unit (EC). Komponen tersebut disetel untuk BBM oktan tertentu," kata Sony di Jakarta, Sabtu (23/6/2018).
Seperti diketahui, Indonesia melalui Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, telah menerapkan standar emisi Euro-4, dimana industri otomotif wajib memproduksi kendaraan yang sesuai dengan standar emisi tersebut.
Jika konsumen tetap memakai BBM RON rendah apalagi di bawah 90 tentu berisiko bagi mesin. Terkait tingkat kecepatan terjadinya kerusakan, menurut Sony, tidak sama antara berbagai jenis mobil.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Selanjutnya
Ia mengatakan kendaraan mewah yang dilengkapi teknologi canggih, kerusakannya dapat terjadi lebih cepat, yaitu dalam hitungan bulan.
"Sedangkan kendaraan yang lebih murah, kerusakan lebih lambat yaitu hitungan tahun," kata dia.
Bahkan segala jenis mobil bisa muncul gejala knocking pada mesin mobil yaitu mesin mengelitik bila masih memakai BBM oktan rendah.
"Kalau terus pakai BBM beroktan rendah, akan muncul kerak pada ruang bakar juga. Itu dampak paling ringan, yang terparah, kalau bukan pistonnya yang jebol, ya stang sehernya yang kena," kata dia.
Sebelumnya, pakar otomotif Institut Teknologi Bandung (ITB) Tri Yuswidjajanto Zaenuri juga mengingatkan masyarakat agar menggunakan BBM RON 92 ke atas.
"Sejak 2003, teknologi mesin kendaraan sudah tidak cocok lagi dengan BBM RON rendah seperti Premium. Yang sesuai bagi mesin adalah BBM dengan RON tinggi," kata Tri.
Menurut Tri, BBM oktan rendah berdampak terhadap kinerja kendaraan yang tidak optimal. Misalnya, tenaga yang rendah, akselerasi yang tidak optimal, dan tidak kuat di medan tanjakan.
Advertisement