Ditpolair Polda Sumut: Kedalaman Danau Toba 1.600 Feet Bukan Meter

Dalam kesatuan Polair sering menyampaikan ukuran kedalaman dalam hitungan feet untuk kegiatan penyelaman dan penyidikan.

oleh Reza Efendi diperbarui 24 Jun 2018, 18:30 WIB
Tim SAR melakukan pencarian korban KM Sinar Bangun yang tenggelam di Danau Toba, Sumatra Utara, Rabu (20/6). Sebelumnya, KM Sinar Bangun yang mengangkut 128 penumpang tenggelam di Danau Toba pada Senin (18/6) sore. (AP/Binsar Bakkara)

Liputan6.com, Medan - Wakil Direktur Polair Polda Sumut AKBP Untung Sangaji menjawab kesimpangsiuran kedalaman Danau Toba. Menurut Perwira Menengah Polri ini, kedalaman Danau Toba memang 1.600, tapi bukan dalam hitungan meter melainkan feet.

"Jadi hitungannya, 1 meter sama dengan 3 feet. Kalau 1.600 dibagi tiga, jadi berkisar 500-an meter. Untuk saat ini, itu yang sudah terdeteksi oleh kita," kata Untung Sangaji, Minggu (24/6/2018).

Dalam kesatuan Polair sering menyampaikan ukuran kedalaman dalam hitungan feet untuk kegiatan penyelaman dan penyidikan. Untung menjelaskan, kegiatan dalam penyelaman ada lima, yaitu selam wisata, selam olahraga, selam ilmu pengetahuan, selam penyidikan, dan sabotase under water.

"Untuk di Danau Toba ini sedang dilakukan selam penyidikan. Kita dalam proses itu sudah terbiasa dengan penyebutan feet, hanya saja banyak yang lupa menyampaikan feet-nya di belakang, dan itu bisa keliru jadinya," jelas dia.

Untung yang juga mantan Kapolres Aceh Utara menyebut, di setiap kapal yang canggih selalu dilengkapi alat pendeteksi dan pengukur kedalaman air. Jenis alat pengukurnya juga tergantung dari jenis kapalnya.

"Untuk di Danau toba, di daerah tertentu kedalamannya berubah-ubah, tergantung lokasinya. Misalnya saat kita di Danau Toba, terus di dalam danau itu ada batu, bisa beda kedalamannya. Tergantung kontur," sebut dia.

Diakui Untung, sampai saat ini Polair Polda Sumut yang sudah diturunkan untuk bergabung dengan tim SAR sebanyak 50 personel. 

Untung mengaku akan kembali lagi ke Danau Toba. Nantinya jika pihaknya beserta alat yang digunakan juga tidak bisa berguna dengan baik dan menemukan korban beserta bangkai kapal, terpaksa akan diambil satu titik yang dicurigai, yang mungkin ada tanda-tanda minyak muncul.

"Berarti itu kan ada kapal di dalam sana, kalau ada tanda-tanda minyak muncul. Untuk itu kita belum lakukan. Dari titik kecelakaan kemarin, kita dapat jenazahnya sangat jauh dari lokasi awal tenggelamnya kapal. Kita tidak berhenti sampai di situ, kita akui itu rawan,” ungkapnya.

Dikatakan Untung, pada kedalaman 40 meter di Danau Toba kondisinya sudah sangat gelap. Saat pihaknya memakai senter kedap air, jarak yang bisa dilihat hanya 1,5 meter. Kemudian makin dalam lagi, semakin pekat dan semakin ke dalam, semakin susah.

"Dan untuk alat tabung, alat tunggal yang kita miliki itu enggak bisa terlalu lama di kedalaman segitu. Karena tekanan itu lebih berat kalau semakin ke dalam. Kalau kita paksakan, nantinya tidak bisa pula naik ke permukaan," ucap Untung.

Saksikan video pilihan di bawah ini:


Tekanan Kuat di Kedalaman

Personel Basarnas melakukan pencarian korban KM Sinar Bangun yang tenggelam di Danau Toba, Sumatra Utara, Rabu (20/6). Hingga hari ketiga, sebanyak 18 penumpang selamat, dua tewas dan 160 lainnya masih dalam proses pencarian. (AP/Binsar Bakkara)

Dengan kedalaman 1.600 feet, diakui Untung, tingkat kesulitan yang pertama adalah tekanan ke dalam yang semakin kuat. Jika menggunakan jam tangan canggih yang biasa dipakai personelnya, semakin ke dalam harus hati-hati karena bisa pecah sendiri.

"Coba bayangkan, di dalam kapal itu ada sepeda motor yang kabarnya diikat di bagian kanan dan kiri kapal. Terus kalau tenggelam, dia lebih cepat ke bawah," ujarnya.

Untung juga menyebut, di dalam Danau Toba ada ganggang hydrilla. Ganggang tersebut besarnya mencapai diameter 3 sampai 4 sentimeter. Ganggang ini jenis tanaman yang sering ditemukan di kolam-kolam, dan ada yang panjangnya sampai 40 sampai 50 meter.

"Bahkan ada yang lebih. Waktu kita coba masukan jangkar, kita ada dapat ganggang itu. Begitu kita bentangkan, sangat panjang sekali, rawan ini. Tidak menutup kemungkinan, di tempat-tempat tertentu ganggangnya lebih besar,” sebutnya.

Untung menerangkan, ganggang hydrilla memiliki tekstur pinggiran yang tidak licin dan agak kasar. Tekstur kasar ini ada cenderung mengikat, bukan menggulung. Jika terkena ganggang ini, orang yang berusaha untuk berenang ke atas akan susah, jadi terkesan menggigit atau mengikat.

 

*Pantau hasil hitung cepat atau Quick Count Pilkada Jabar, Jateng, Jatim, Sumut, Bali dan Sulsel di sini dan ikuti Live Streaming Pilkada Serentak 9 Jam Non Stop hanya di liputan6.com.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya