Liputan6.com, Malang - Berawal dari tarif listrik yang makin mahal sebagai imbas penghapusan subsidi, sejumlah mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) menciptakan mesin cuci tanpa menggunakan listrik, tetapi disambungkan dengan sepeda angin (gowes).
Salah seorang mahasiswa tim pembuat mesin cuci "gowes" UMM, Arfian Sinatra Darussalam mengaku mesin cuci gowes yang diciptakan bersama rekan-rekannya itu masih prototipe dan perlu dikembangkan lagi, termasuk penggerak pengeringnya.
"Prototipe mesin cuci gowes ini dikembangkan oleh 10 mahasiswa dari dua kelompok untuk tugas kuliah Perancangan dan Pengembangan Produk di Program Studi (Prodi) Teknik Industri Fakultas Teknik UMM," katanya di Malang, Senin, 25 Juni 2018, dilansir Antara.
Ia juga menerangkan mesin cuci tersebut juga bisa menjadi sarana olahraga bagi ibu-ibu yang jarang berolah tubuh. Jadi, sambil mencuci, bisa berolahraga.
"Hasil cuciannya nggak kalah dengan yang menggunakan mesin cuci listrik, namun biaya produksinya masih agak mahal ketika membuat mesin cuci gowes prototipe ini," tuturnya.
Baca Juga
Advertisement
Ia menerangkan prototipe mesin cuci gowes itu menggunakan mesin cuci bekas seharga Rp 500 ribu dan sepeda angin bekas. Mesin yang terpasang kemudian dilepas semua. Sebagai gantinya, dipasang gir sebagai penggerak untuk memutar bagian dalam mesin cuci, sementara kaki digerakkan untuk menggowes sepeda.
"Ke depan, kami ingin bisa meminimalisasi bentuknya, tapi hanya tabungnya saja" ucapnya. Dengan demikian, bentuknya nanti tidak sama dengan kotak mesin cucinya.
"Rencana ke depan mau diikutkan ke PKM (Program Kreativitas Mahasiswa) bidang karsa cipta. Siapa tahu bisa didanai oleh Kemenristekdikti," imbuhnya.
*Pantau hasil hitung cepat atau Quick Count Pilkada Jabar, Jateng, Jatim, Sumut, Bali dan Sulsel di sini dan ikuti Live Streaming Pilkada Serentak 9 Jam Non Stop hanya di liputan6.com.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Ikuti Cara Jepang
Arfian mengatakan prototipe mesin cuci gowes ini sudah dikembangkan di Jepang, tetapi di Indonesia diklaim sebagai yang pertama. Saat ini, mesin cuci gowes tersebut dipakai Arfian bersama teman-temannya di tempat kos.
Sementara Sekretaris Prodi Teknik Industri Dian Palupi Restuputri, menambahkan mata kuliah Perancangan dan Pengembangan Produk menjadi awal dari mahasiswa menghasilkan suatu karya, baik memodifikasi yang sudah atau membuat karya baru yang belum pernah ada sebelumnya.
"Keterampilan jurusan teknik industri salah satunya adalah membuat suatu produk yang mana nantinya dapat diaplikasikan baik untuk dunia industri maupun masyarakat," katanya.
Arfian dan kawan-kawannya berharap ke depan produknya bisa bermanfaat buat masyarakat, terutama memanfaatkan mesin cuci bekas. Para mahasiswa pencipta mesin cuci gowes ini di bawah bimbingan dosen Muhammad Lukman.
Advertisement