Liputan6.com, Bangkok - Sebelum jadi Perdana Menteri Thailand, Prayut Chan-o-cha adalah seorang jenderal yang menjadi dalang kudeta terhadap pemerintahan Yingluck Shinawatra. Baginya, tekanan dari pemimpin asing soal demokratisasi dan pelaksanaan pemilu di Negeri Gajah Putih bukan hal baru.
Desakan agar pemilu digelar secara bebas dan terbuka juga disampaikan PM Inggris Theresa May saat bertemu dengan Prayut Chan-o-cha di London pada Rabu, 20 Juni 2018.
Baca Juga
Advertisement
Namun, bukan itu yang menonjol dalam kunjungan PM Thailand ke Inggris. Para warganet atau netizen justru dihebohkan dengan syal yang dipakai sang jenderal.
Prayut Chan-o-cha yang mempropagandakan Thai Niyom (Thaism) tertangkap kamera mengenakan syal Louis Vuitton Jhelam. Warganet pun geger, menuding sang perdana menteri bersikap hipokrit, yang tak sesuai dengan kampanye nasionalisme yang ia gencarkan.
Syal warna hitam itu cocok dengan kaca-mata gelap dan rompinya yang juga terlihat mahal.
Sementara, sejumlah tim ekonominya, termasuk Deputi Perdana Menteri Somkid Jatusripitak yang menyertai Prayut, memilih busana yang lebih sederhana, yakni kemeja putih yang dipadu celana panjang gelap.
Foto-foto kunjungan tersebut, termasuk saat ia mengenakan syal Louis Vuitton, awalnya dibagikan oleh pihak pemerintah, namun akhirnya dicabut setelah banjir kritikan di internet dan media sosial.
Sejumlah komentar bernada nyinyir ditujukan pada PM Thailand. Salah satunya menyebut bahwa syal dengan logo LV yang terlihat jelas dan diperkirakan seharga 20 ribut bath (setara Rp 8,5 juta) itu, "bagus, tapi mungkin ia meminjamnya dari teman."
Sebelumnya, publik Thailand digegerkan dengan jam mewah yang dipakai Prawit Wongsuwan, orang nomor dua di pemerintahan junta militer Thailand.
*Pantau hasil hitung cepat atau Quick Count Pilkada 2018 untuk wilayah Jabar, Jateng, Jatim, Sumut, Bali dan Sulsel. Ikuti juga Live Streaming Pilkada Serentak 9 Jam Nonstop hanya di liputan6.com.
Saksikan video menarik soal Thailand berikut ini:
Pakai Syal di Musim Panas, Ada Apa?
Sejumlah warganet mempertanyakan, mengapa hanya Perdana Menteri Thailand, Prayut Chan-o-cha yang mengenakan syal sementara rombongannya tidak.
"Mengapa tampaknya hanya dia yang merasa terganggu dengan cuaca. Untuk diketahui, saat ini musim panas di London," kata seorang warganet.
Suhu udara pada Rabu siang, ketika Prayut berjalan-jalan mengenakan syal sekitar 26 derajat Celcius.
Juru bicara pemerintah Thailand, Weerachon Sukondhapatipak mengatakan sang perdana menteri sedang tak enak badan dan disarankan mengenakan aksesoris yang membuatnya hangat.
Meski demikian, sang juru bicara tak menjelaskan mengapa harus syal mahal yang digunakan untuk menjaga agar leher sang jenderal tetap hangat.
Saat bicara dengan komunitas Thailand di Inggris, Prayut Chan-o-cha mengaku kesal dengan tudingan yang diarahkan kepadanya di media sosial.
Ia mengaku berbusana berbeda dari pejabat lainnya karena merasa tak enak badan.
"Saya hanya mengenakannya, tak peduli dengan mereknya. Saya tak tahu merek itu, tapi harganya tak begitu mahal," kata dia. "Lain kali aku akan mengenakan Pha Khao Ma."
Pha Khao Ma adalah selendang khas Thailand yang bisa dipakai sebagai syal, bahkan juga dipakai untuk menutupi tubuh bagian bawah.
Inggris menjadi negara pertama yang disambangi dalam perjalanan resmi pertama Prayut ke Eropa sejak berkuasa pasca-kudeta 2014.
Setelah Inggris, Prayut menuju ke Paris untuk bertemu dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron.
Advertisement