Liputan6.com, Jakarta Sebagai negara maritim dengan garis pantai terpanjang kedua di dunia, wisata reli menjadi suatu keniscayaan yang harus dikembangkan Indonesia. Hal tersebut setidaknya diungkapkan Raymond T Lesmana, Anggota Bidang II Tim Percepatan Pengembangan Wisata Bahari Kementerian Pariwisata di sela-sela jumpa pers Wonderful Sail to Indonesia 2018 di Jakarta.
Kementerian Pariwisata sendiri telah menetapkan wisata bahari sebagai salah satu produk wisata unggulan yang diharapkan mampu memberikan kontribusi bagi pencapaian kunjungan wisman ke Indonesia. Wisata bahari diharapkan bisa memberikan 4 juta wisman dari target 20 juta kunjungan wisman pada 2019.
Advertisement
Indonesia sendiri telah memiliki beragam penyelenggaraan event sail berskala internasional, mulai dari Sail Bunaken (2009), Sail Banda (2010), Sail Wakatobi belitong (2011), Sail Morotai (2013), Sail Komodo (2014), Sail Raja Ampat (2015), Sail Karimata (2017), Sail Sabang (2017). Sementara pada 2018 diselenggarakan Sail Moyo-Tambora dan Sail Saumlaki.
Namun demikian, Raymond menegaskan wisata reli tidak sama dengan sail. Wisata reli memungkinkan wisman selama berbulan-bulan berada di Indonesia yang dilindungi oleh Kepres No.105/2015 tentang wisata reli yang mengatur 19 pintu masuk dan keluar kapal reli yang posisinya tersebar di seluruh Indonesia, antara lain Sabang, Belawang, Padang, Batam, Bintan, Anambas, Belitung, Jakarta, Kumai, Benoa Bali, Tarakan, Nunukan, Bitung, Sorong, Kupang, Ambon, Tual, Saumlaki, dan Biak.
Berikut beberapa alasan mengapa wisata reli menjadi suatu keniscayaan yang perlu dikembangkan pemerintah Indonesia, menurut Raymond Lesmana.
*Pantau hasil hitung cepat atau Quick Count Pilkada 2018 untuk wilayah Jabar, Jateng, Jatim, Sumut, Bali dan Sulsel. Ikuti juga Live Streaming Pilkada Serentak 9 Jam Nonstop hanya di Liputan6.com.
Membangun Wisata di Daerah Terpencil
Satu-satunya cara agar beragam destinasi wisata menawan yang ada di daerah-daerah terpencil di Indonesia bisa dikunjungi wisatawan adalah dengan membuka wisata reli. Mengingat tempat terpencil tersebut sangat sulit dijangkau dengan transportasi konvensional. Misal untuk sampai ke kawasan Tual, traveler perlu melakukan perjalanan dengan pesawat terbang berjam-jam, terlebih harus transit dulu.
Advertisement
Membangun Ekonomi Masyarakat
Dengan adanya wisatawan mancanegara yang berkunjung ke banyak destinasi wisata di Indonesia, hal tersebut menurut Raymond mampu membangun ekonomi masyarakat setempat. Misal masyarakat bisa membuka sewa motor, menjadi pemandu wisata, penyewaan kapal kecil, hingga menjual hasil karya seni.
“Bayangkan satu wisman spending 100 dolar hanya untuk kuliner, itu kecil buat mereka, kalikan berapa lama dia di Indonesia,” ungkap Raymond.
Mengangkat Kuliner Asli Indonesia
Ada banyak kuliner asli daerah yang belum diangkat karena minimnya akses wisatawan untuk datang ke daerah mereka. Dengan adanya wisata reli yang mendatangkan wisnus dalam jumlah besar, memungkinkan kuliner lokal terangkat dan kenikmatannya tersebar hingga ke penjuru dunia.
Advertisement
Memotivasi Pembangunan Pariwisata di Daerah
Tanpa mendapat tantangan, wisata di daerah tidak mungkin dapat berkembang. Hidupnya wisata reli yang di 19 titik masuk dan keluar yang tersebar di seluruh Indonesia tersebut diharapkan mampu memberi tantangan bagi pemerintah daerah setempat untuk membangun wisata dan menyuguhkan beragam atraksi wisata yang menarik.
Membawa Dampak Sosial yang Positif
Raymond juga mengatakan, wisata reli tidak hanya semata menjadi cara untuk menarik devisa yang sebesar-besarnya. Lebih dari itu, konsep wisata yang telah dikembangkan berbagai negara maritim di dunia ini juga punya dampak sosial yang positif, seperti meningkatkan gerakan konservasi, dan membuat masyarakat setempat lebih peduli dengan alam dan lingkungannya.
Simak juga video menarik berikut ini:
Advertisement