Liputan6.com, Canberra - Seorang fisikawan Australia berhasil mengembangkan teknologi satelit yang mampu mengukur cadangan air tawar dunia dari luar angkasa.
Teknologi ini berada di jantung misi Pemulihan Gravitasi NASA dan Eksperimen Iklim (GRACE-FO), yang diluncurkan bulan lalu, dan menyusul misi GRACE pertama yang diluncurkan pada tahun 2002.
Peluncuran itu membuat fisikawan Australia Daniel Shaddock dari Australian National University merasa stres karena hasil karyanya selama 15 tahun ditempatkan di sebuah roket.
Profesor Shaddock mengembangkan retroreflector yang menggunakan laser untuk mengukur cadangan air tawar dunia dari luar angkasa dengan akurasi yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Baca Juga
Advertisement
"Alat ini mampu mengukur sesuatu yang sangat penting; kehadiran air - apakah dalam bentuk beku maupun cair - di seluruh dunia sekaligus dan itu adalah sesuatu yang hanya dapat Anda lakukan dari luar angkasa."
"Karenanya sangat menyenangkan ketika akhirnya hasil karya saya diluncurkan dan tidak ada yang meledak dan bagian yang paling menarik belum lagi terjadi."
"Setiap cadangan air dalam bentuk besar akan menghasilkan gravitasi dan gravitasi itu bisa ditangkap oleh satelit GRACE."
GRACE memiliki kemampuan luar biasa untuk mengintip di bawah permukaan Bumi dalam menimbang cadangan air tanah di mana sepertiga dari semua air tawar berada.
Saksikan juga video pilihan berikut ini:
Mendeteksi Perubahan Iklim
Misi itu juga mengungkapkan bahwa air tawar menghilang dari Greenland dan Antartika Barat lebih cepat daripada tempat-tempat lain di Bumi ketika es mencair.
Di Australia, GRACE telah menunjukkan tingkat air tanah di Murray-Darling Basin masih belum pulih sejak kekeringan milenium terjadi, yang berakhir pada tahun 2011.
"GRACE memberi kita angka yang solid tentang berapa banyak es yang menghilang, berapa banyak yang berakhir di lautan dan bagaimana itu mengubah siklus air kita dan sumber daya air kita.
"Kita bisa melihat banyak dampak dari perubahan iklim yang diprediksi lalu, kita bisa melihatnya sekarang.
"Ini sangat bermanfaat dalam hal melihat bagaimana perubahan iklim bergulir.
GRACE mendeteksi perubahan kecil pada gravitasi yang disebabkan oleh massa air yang besar di Bumi, yang kemudian menyebabkan sepasang satelit untuk dipercepat atau melambat.
Alat laser buatan Profesor Shaddock mampu mengukur perubahan kecepatan ini.
"Dalam kasus Laser Ranging Interferometer, kita dapat mengambil perubahan dalam pemisahan pesawat ruang angkasa dengan sepuluh nanometer, itu sepuluh miliar meter - sekitar diameter virus."
Agar perangkat dapat berfungsi, dua sinar laser dari dua satelit terpisah - masing-masing bergerak dengan kecepatan ribuan kilometer per jam - perlu terhubung satu sama lain dari jarak lebih dari dua ratus kilometer.
"Setelah tautan laser diperoleh, saya pasti akan beristirahat sedikit lebih mudah - itu benar-benar tantangan terbesar yang dihadapi GRACE," kata Profesor Shaddock.
"Jika itu tidak berhasil, kami tidak akan mendapatkan data apa pun, dan jika itu berhasil, saya jauh lebih yakin bahwa kami akan mendapatkan beberapa wawasan yang sangat berharga."
Advertisement