Ulama Sumut Ajak Umat Memilih Berdasar Rekam Jejak, Bukan SARA

Thamrin menyayangkan bila ada oknum yang ingin merobek persatuan dan kesatuan bangsa lewat ajang pilkada ini.

oleh Muhammad Ali diperbarui 26 Jun 2018, 09:50 WIB
Setelah libur Lebaran agak-agaknya aroma liburan sudah mulai tercium. Katanya Pilkada 27 Juni jadi hari libur lho. (Ilustrasi: Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta - Jelang pemungutan suara Pilkada Sumatera Utara pada 27 Juni mendatang, para ulama mengajak umat untuk memilih calon pemimpin berdasarkan rekam jejak dan pengalaman. Bukan berdasarkan sentimen suku, agama, ras dan antargolongan (SARA).

KH Thamrin Munthe menjelaskan, dalam Alquran telah dimuat jelas bahwa manusia diciptakan bersuku-suku dan berbangsa bangsa, sehingga umat Islam hendaknya harus menjadi perekat segala perbedaan yang ada. 

"Memilih pemimpin itu juga harus ditimbang dari semua segi, rekam jejak, pengalamannya," ujar Thamrin, Senin 25 Juni 2018.

Thamrin menyayangkan bila ada oknum yang ingin merobek persatuan dan kesatuan bangsa lewat ajang pilkada ini. Namun, Thamrin meyakini umat telah dewasa dan bisa mengantisipasi niat jahat tersebut. 

"Semuanya baik, bila ada yang mengajak salat Subuh berjamaah lalu mengawal proses pemilu itu baik. Saya mengajak semua salat lima waktu juga berjamah," ujarnya.

Sementara itu, H Abdul Muluk Siregar menambahkan, Pigubsu kali ini seperti yang diungkapkan Romo Frans Magniz Suseno adalah bukan mencari siapa yang terbaik, tetapi mencegah yang terburuk menjadi pemimpin.

Pilkada seharusnya mewujudkan pemimpin yang mampu membuat pihak atau kelompok yang kalah tetap merasa menang dan terayomi, bukan merasa terasingkan,” ujarnya.

“Juga bukan seperti yang seperti dikondisikan saat ini seolah olah Sumut yang sangat heterogen dengan penduduk berbagai suku, ras dan agama ini harus dikuasai oleh satu kelompok saja,” imbuhnya.

 

 

*Pantau hasil hitung cepat atau Quick Count Pilkada 2018 untuk wilayah Jabar, Jateng, Jatim, Sumut, Bali dan Sulsel. Ikuti juga Live Streaming Pilkada Serentak 9 Jam Nonstop hanya di liputan6.com.


Jangan Pecah Belah

Setelah libur Lebaran agak-agaknya aroma liburan sudah mulai tercium. Katanya Pilkada 27 Juni jadi hari libur lho. (Ilustrasi: Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Abdul Muluk mengaku sangat khawatir karena ada tersirat upaya untuk memecah belah Sumut hanya untuk kepentingan kelompok tertentu dengan memanfaatkan umat Islam .

“Kalau dulu politisi Islam berada di partai manapun memiliki jiwa khalifah untuk memperjuangkan kepentingan umat, namun saat ini politisi Islam digiring ke dalam satu kelompok partai tertentu dan ini sangat berbahaya untuk keutuhan NKRI,” ujarnya.

Menurutnya, saat ini ada dikotomi yang sengaja diciptakan pada umat Islam karena perbedaan pilihan politik. Parahnya, ini justru digaung-gaungkan oleh orang orang yang seharusnya menjadi panutan.

“Dan jika terjadi perpecahan di Sumatera Utara, mereka yang dipasok untuk menghasut masyarakat sumatera utara, harus bertanggungjawab penuh,” tegasnya.

Oleh karena itu, kata Abdul Malik, masyarakat Sumut harus bersatu dan memilih pimpinan yang bisa melayani dan mengakomodir semua masyarakat tanpa membedakan suku, ras dan agama ataupun kelompok manapun.

 

Saksikan tayangan video menarik berikut ini:

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya