Liputan6.com, Beijing - Drone sepertinya bukan lagi jadi barang asing di zaman dengan perkembangan teknologi pesat seperti sekarang ini.
Fungsinya bahkan sudah meluas ke berbagai sektor. Ambil contoh Tiongkok. Implementasi drone kini bahkan sudah dimanfaatkan untuk sektor pengawasan.
Terbaru, pemerintah Tiongkok baru saja menciptakan drone dengan bentuk unik, yakni menyerupai burung.
Baca Juga
Advertisement
Menurut informasi yang dilaporkan South China Morning Post, Selasa (26/6/2018), drone burung ini ternyata sudah digunakan oleh 30 agen militer dan pemerintah Tiongkok selama beberapa tahun terakhir.
Kehadiran drone tersebut justru menuai respons negatif karena berisiko bisa mengancam privasi masyarakat.
Adapun drone burung bertugas untuk mengawasi gerak-gerik masyarakat di lima provinsi yang ada di Negeri Tirai Bambu tersebut.
Drone burung merpati ini merupakan proyek pemerintah yang dinamai "Dove".
Proyek dipimpin oleh Song Bifeng, seorang profesor di Northwestern Polytechnical University di Xi'an, Tiongkok.
Song sendiri merupakan ilmuwan senior di balik Chengdu J-20, yakni pesawat jet 'siluman' generasi kelima yang ada di Asia
*Pantau hasil hitung cepat atau Quick Count Pilkada 2018 untuk wilayah Jabar, Jateng, Jatim, Sumut, Bali dan Sulsel. Ikuti juga Live Streaming Pilkada Serentak 9 Jam Nonstop hanya di Liputan6.com.
Mirip dengan Burung Sungguhan
Drone burung ini memiliki fisik seperti burung merpati sungguhan. Ia memiliki sayap di kedua sisi yang berfungsi sebagai 'motor' penggerak untuk terbang.
Setiap unit drone dilengkapi kamera dengan kualitas HD, antena GPS, sistem pengontrol penerbangan, dan kemampuan komunikasi satelit yang mampu mentransfer data.
Menurut tim pengembang Dove, Dove nantinya juga akan dikembangkan untuk mengawasi gerak-gerik militer dari pemerintahan. Untuk saat ini, drone tersebut masih hanya digunakan di beberapa area tertentu.
Advertisement
Tiongkok dan Sistem Pengawasannya
Pemerintah Tiongkok diketahui memang menggunakan sistem pengawasan super canggih. Berbekal kamera CCTV dan teknologi pengenalan wajah, otoritas negara tersebut dapat menemukan seseorang hanya dalam hitungan menit.
Hal itu dialami langsung oleh reporter BBC, John Sudworth, yang berkesempatan untuk menjajal kecanggihan sistem pengawasan di negara tersebut.
Dikutip dari Huffington Post, Jumat (15/12/2017), untuk menjajal teknologi itu, Sudworth diidentifikasikan sebagai seseorang pelaku kejahatan. Hasilnya, ia berhasil ditemukan oleh kepolisian setempat ketika berada di tengah keramaian hanya dalam waktu tujuh menit saja.
Otoritas Guiyang menuturkan, sebenarnya pihaknya menyimpan sejumlah besar data setiap orang yang dapat diidentifikasi, tanpa mempertimbangkan status kriminal.
Dengan cara itu, pemerintah setempat dapat benar-benar memantau pergerakan penduduk yang berada di kota itu. Otoritas juga dapat mengetahui orang lain yang ditemui hingga jadwal perjalanan seminggu penuh dari penduduk.
Di Tiongkok sendiri, kamera dengan kecerdasan buatan sudah banyak digunakan dan disebar di beberapa banyak titik keramaian.
Tak hanya dapat mengenali wajah, beberapa di antaranya juga dibekali kemampuan mengetahui umur, etnis, dan jenis kelamin.
Salah satu perusahaan yang memproduksi teknologi ini di Tiongkok adalah Dahua Technology. Perusahaan mengklaim produknya dapat mencocokkan wajah setiap penduduk dengan kartu identitasnya, sebagai bagian dari proses verifikasi.
(Jek/Ysl)
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini: