Liputan6.com, Juba - Presiden Sudan Selatan Salva Kiir berjanji segera menghentikan penderitaan rakyat akibat perang saudara yang berkepanjangan. Janji tersebut disampaikan di tengah pembicaraan tatap muka dengan pemimpin pemberontak Riek Machar di Kota Khartoum, pada Senin, 25 Juni 2018.
Dikutip dari VOA Indonesia pada Selasa (26/6/2018), kedua pihak sebelumnya pernah bertemu dalam sebuah agenda yang difasilitasi pemerintah Ethiopia di Addis Ababa, pekan lalu.
"Saya telah berkali-kali menyebutkan bahwa saya merasakan langsung penderitaan orang-orang kami, karena saya tinggal bersama mereka. Saya tahu perekonomian negara kami. Saya tahu pasar, dan saya melihat langsung penderitaan di wajah mereka. Jadi saya datang untuk benar-benar mengakhiri perang yang tidak perlu di negara kami," ujar Presiden Kiir di Khartoum.
Baca Juga
Advertisement
Ketidaksepahaman yang terjadi di Sudan Selatan utamanya terjadi pada isu pembagian kekuasaan di tingkat nasional, dan desakan kelompok oposisi untuk membubarkan majelis negara.
Baik pihak pemerintah maupun pemberontak, dikabarkan juga tidak sepakat soal pengaturan keamanan, termasuk lokasi zona demiliterisasi, jangka waktu penyatuan kembali pasukan, dan rincian tentang pembentukan tentara nasional.
Meski begitu, Presiden Kiir meyakinkan publik bahwa kehadirannya di Khartoum, murni untuk melakukan kompromi.
Presiden Uganda Yuweri Museveni, yang juga berada di Khartoum untuk bantu menengahi pembicaraan itu, menggarisbawahi komitmennya bekerja dengan para pemimpin, guna menghentikan konflik di Sudan Selatan dengan segera.
*Pantau hasil hitung cepat atau Quick Count Pilkada 2018 untuk wilayah Jabar, Jateng, Jatim, Sumut, Bali dan Sulsel. Ikuti juga Live Streaming Pilkada Serentak 9 Jam Nonstop hanya di liputan6.com.
Simak video pilihan berikut:
Kesepakatan Gencatan Senjata
Sementara itu, para kelompok yang berkonflik dalam perang saudara di Sudan Selatan telah menyepakati gencatan senjata sejak akhir tahun lalu.
Kesepakatan gencatan senjata itu merupakan buah positif dari dialog perundingan damai yang digelar di Addis Ababa, Ethiopia, sepekan sebelum perayaan Natal 2017.
Martin Elia Lumoro, kepala delegasi pemerintah Sudan Selatan mengatakan, meski banyak argumen di antara berbagai pemangku kepentingan, gencatan senjata terbaru adalah awal yang baik bagi negara tersebut.
"Saya pikir kita membuat kemajuan," kata Lumoro mengomentari hasil positif dialog di Addis Ababa.
Menteri Luar Negeri Sudan Selatan, Deng Alor menyebut kesepakatan itu sebagai "awal yang baik".
"Saya merasa senang karena isu terpenting dalam dokumen tersebut adalah penghentian permusuhan. Gencatan ini juga menciptakan kepercayaan diri dan juga memberi ketenangan kepada masyarakat kita di Sudan Selatan," kata Alor.
Advertisement