Liputan6.com, Manila - Tentara Filipina dilaporkan terlibat insiden salah tembak, yang mengakibatkan enam polisi tewas, dan melukai sembilan orang lainnya.
Menurut salah seorang jenderal angkatan darat, insiden tersebut terjadi di tengah operasi pengejaran terhadap gerilyawan Maois di sebuah hutan lebat di Pulau Samar, di wilayah tengah Filipina.
Dikutip dari South China Morning Post pada Selasa (26/6/2018), satu peleton tentara dikabarkan tengah beroperasi di sebuah desa terpencil di pulau Samar, ketika mereka salah mengira sekelompok polisi sebagai gerilyawan Tentara Rakyat Baru (NPA) yang beraliran komunis.
Baca Juga
Advertisement
Menurut Mayor Jenderal Raul Farnacio, karena salah mengira, pasukan tentara melepaskan tembakan panjang. Ia menyebut insiden itu sebagai "hal yang tidak menguntungkan" dan "memalukan" bagi Filipina.
"Ketika Anda berada di daerah yang bervegetasi tinggi, sulit untuk membedakan siapa yang Anda hadapi," katanya, seraya menyebut tidak ada korban di pihak tentara.
"Pihak yang ditembak juga membalas, sehingga terjadi bentrok yang memakan korban jiwa. Jarak mereka saling berdekatan," lanjut Mayor Jenderal Farnacio.
Kepala Kepolisian Nasional Filipina, Oscar Albayalde, mengatakan telah mengerahkan anak buahnya ke lokasi kejadian untuk kepentingan penyelidikan.
Di lain pihak, pasukan NPA disebut telah memerangi pemerintah Filipina selama hampir 50 tahun. Akibat konflik tidak berkesudahan tersebut, lebih dari 40.000 orang tewas, dan pertumbuhan ekonomi di wilayah yang kaya sumber daya alam itu terhambat.
Simak video pilihan berikut:
Peningkatan Anggaran Militer
Sementara itu, Presiden Filipina Rodrigo Duterte dikabarkan menyetujui Rancangan Undang-Undang (RUU), yang memberikan keleluasaan militer negara itu untuk memanfaatkan anggaran senilai $US 5,6 miliar atau setara Rp 78,8 triliun.
Anggaran sebesar itu digunakan untuk meningkatkan kualitas peralatan militer Filipina uang dinilai sudah ketinggalan zaman.
Bahkan, sebagaimana dikutip dari Newsweek pada Jumat, 22 Juni 2018, masih cukup banyak peralatan militer negeri kepulauan di utara Indonesia itu, merupakan peninggalan Perang Dunia II.
Menurut salah seorang pejabat Kementerian Pertahanan, kucuran dana dari pemerintah diharapkan mampu tingkatkan kekuatan Filipina, dalam menghadapi pemberontakan oleh ekstremis Islam di Marawi.
Selain itu, anggaran tersebut juga bertujuan memperkuat klaim wilayah Filipina di Laut China Selatan, kini terancam oleh meningkatnya aktivitas militer Tiongkok.
Baca Juga
Advertisement