Liputan6.com, Jakarta - Indonesia pada hari ini, Rabu (27/6/2018), menggelar Pemilihan Kepala Daerah, atau Pilkada serentak di 171 daerah.
Tentunya, pemilu digelar untuk tujuan sangat serius, yang memberikan dampak bagi masyarakat luas. Oleh karenanya, partisipasi publik berperan penting untuk bantu memutuskan pemimpin yang akan memandu sebuah komunitas, dan bahkan negara.
Baca Juga
Advertisement
Namun, beberapa orang tidak selalu menganggap serius pemilu, seperti misalnya pada kasus lelucon opsi Mickey Mouse sebagai "kandidat imajinatif", yang muncul di hampir setiap pemilu presiden AS, sejak beberapa dekade terakhir.
Percaya tidak percaya, ada beberapa pemilu memang berujung pada hasil yang mengejutkan, dan bahkan beberapa dinilai tidak masuk akal oleh khalayak.
Berikut adalah lima pemilu paling unik, dengan hasil yang tidak kalah mengejutkan, yang pernah terjadi di dunia, sebagaimana dikutip dari Listverse.com.
*Pantau hasil hitung cepat atau Quick Count Pilkada 2018 untuk wilayah Jabar, Jateng, Jatim, Sumut, Bali dan Sulsel. Ikuti juga Live Streaming Pilkada Serentak 9 Jam Nonstop hanya di liputan6.com.
Simak video pilihan berikut:
1. Bedak Kaki
Anda tidak salah baca, bedak kaki menjadi yang paling banyak dipilih dalam sebuah pemilu di Kota Picoaza, Ekuador, pada 1967 silam. Bahkan, jumlah pendukungnya --lebih tepat disebut yang membutuhkannya-- melebihi raihan suara calon walikota paling unggul kala itu.
Bedak kaki dengan merek Pulvapies sangat dibutuhkan untuk mengatasi wabah gatal, yang terjadi akibat pencemaran limbah tambang tembaga. Akibatnya, pemilu daerah yang digelar dalam waktu bersamaan, kehilangan jumlah partisipasi, bahkan jauh sebelum kampanye aktif dimulai.
Kala itu, warga kota Picoaza lebih percaya "janji pengobatan ampuh" yang ditawarkan oleh Pulvapies, dibandingkan gegap gempita kampanye kandidat walikota.
Advertisement
2. Badut
Banyak orang kerap menyebut politisi sebagai "badut", di mana merupakan kiasan untuk meluapkan kritik terhadap tindak tanduk tidak terduga, yang mereka lakukan di panggung politik. Namun di Brasil, masyarakat benar-benar memilih badut sebagai pejabat wakil rakyat mereka.
Bukan sembarang badut, tetapi seorang kandidat buta huruf yang slogan kampanyenya dirangkai menjadi "Saya tidak tahu apa yang dilakukan anggota DPR, tetapi pilih saya, dan saya akan melakukan apapun yang Anda (rakyat) minta".
Janji kampanye unik itu membuatnya dijuluki sebagai "badut" oleh para lawan politiknya. Namun siapa sangka, ia justru menjadi kandidat terkuat dengan menguasai 1,3 juta suara, atau dua kali lipat dari pesaing terdekatnya.
3. Badak
Pada dekade 1950-an, Kota Sao Paulo mulai menunjukkan perkembangan pesat sebagai pusat ekonomi Brasil. Namun di sisi lain, warganya merasa ada ketidakadilan dalam pemerataan tingkat kesejahteraannya.
Alih-alih melakukan protes terbuka, beberapa ormas mengorganisir sebuah gerakan "menyindir dengan elegan", melalui pengajuan seekor badak sebagai kandidat walikota. Hewan khas Afrika bernama Cacareco itu dikenal sebagai penghuni Kebun Binatang Sao Paulo yang sopan.
Cacareco dipilih sebagai bentuk sindiran terhadap perilaku pejabat kota yang dinilai terlalu memikirkan diri sendiri. Meski sempat ditolak untuk masuk ke dalam kandidat pemilu setempat, namun sang badak tetap meraih tempat tertinggi, yang didasarkan pada hitungan abstain hingga lebih dari 100.000 suara.
Advertisement
4. Anjing
Pada 1981, kota kecil Sunol di negara bagian California, perlu memilih seorang walikota, namun tidak ada yang berkenan mencalonkan diri. Tiba-tiba muncul Bosco Ramos, yang dengan cepat menarik perhatian luas, dan kemudian disepakati untuk diangkat sebagai pemimpin mereka.
Namun, Bosco Ramos bukanlah manusia, melainkan seekor anjing campuran ras Labrador dan Rottweiler, yang sebelumnya menjadi bintang di kota kecil itu. Tanpa usaha keras, binatang tersebut menjadi maskot kebanggaan warga setempat, yang figurnya diabadikan sebagai patung, nama restoran, hingga "tamu spesial" yang diundang di setiap perhelatan lokal.
5. Kucing
Sebagaimana umum diketahui, kucing adalah hewan pemalas, yang berpikir dunia berputar di sekitar mereka. Mereka juga dikenal menghabiskan hari-hari dengan tatapan galak, makan, menepuk manusia jika bosan, dan cenderung bersikap anti-sosial.
Namun di kota Talkeetna, negara bagian Alaska, beberapa ekor kucing telah memimpin turun temurun selama lebih dari 15 tahun. Mereka tidak benar-benar memimpin kota, melainkan sebagai perwakilan representatif untuk meningkatkan pamor wilayah tersebut di tingkat nasional.
Talkeetna sendiri terancam kehilangan pendapatan terbesarnya di sektor migas sejak awal 2000-an. Hal itu dikarenakan eksploitasi minyak bumi yang dilakukan sejak awal Abad ke-20, diprediksi akan habis pada 2020 mendatang.
Oleh karenanya, para warga berembuk memikirkan cara agar kota Talkeetna tidak bangkrut, dan tercetuslan ide menjadikan kucing sebagai maskot. Terbukti hal itu mendorong pertumbuhan sektor wisata, yang didukung oleh rasa penasaran publik tentang "kelompok kucing di tanah es".
Advertisement