2 Karya Seni Bersejarah Ini Diperbaiki, tapi Hasilnya Malah Mengecewakan...

Niat hati memperbaiki karya seni bersejarah yang ada di sebuah gereja. Namun, hasilnya tak sesuai dengan apa yang diharapkan.

oleh Afra Augesti diperbarui 28 Jun 2018, 06:54 WIB
Patung St George sebelum dan sesudah direstorasi. (ARTUS RESTAURACIÓN PATRIMONIO)

Liputan6.com, Madrid - Hampir sebagian besar gereja di Spanyol memiliki warisan seni dan sejarah berusia ratusan tahun. Sudah selayaknya situs peninggalan kuno tersebut dirawat dan dijaga.

Namun sebuah masalah muncul di Gereja St. Michael di Estella, Provinsi Navarre, Spanyol setelah upaya restorasi dilakukan. Patung kayu San Jorge (St George) dari Abad ke-16 berubah drastis karenanya. Bukannya lebih indah, tapi justru jadi tak karuan. 

Alih-alih seniman, pihak pengeloka dikabarkan menyewa jasa seorang guru kesenian dari sebuah sekolah. 

Sontak, kejadian itu menyulut amarah di kalangan para seniman. Apalagi, sebelumnya, patung Yesus, Ecce Homo juga terkena dampak atas kecerobohan seniman pahat yang bekerja untuk merestorasi dekorasi ikonik gereja itu.

Sebelumnya, patung yang menggambarkan St. George sedang menunggang kuda perangnya lambat laun usang karena termakan usia.

Setelah direstorasi, wajah St. George malah berubah jadi merah muda. Setelan baju zirahnya pun jadi mencolok. 

Mengetahui kealpaan tersebut, Wali Kota Spanyol Koldo Leoz pun murka. Ia menumpahkan rasa kesalnya melalui unggahan status di Twitter.

"Hari ini, Estella tak memancarkan kekayaan sejarahnya yang spektakuler, sisi artistik, arsitektur atau warisan budayanya karena tindakan menyedihkan yang dilakukan pada patung St. George dari Abad ke-16, patung yang ditempatkan di salah satu rumah ibadah paling mengesankan di kota ini," ucap Leoz seperti dikutip dari CNN, Rabu (27/6/2018).

Leoz mengatakan, pihak gereja memutuskan untuk merenovasi patung tanpa berkonsultasi atau memberitahukannya  ke pihak pemerintah kota terlebih dahulu. "Sesuatu yang seharusnya dilakukan sesuai aturan yang berlaku."

Leoz menambahkan, pihak gereja tersebut menyewa pekerja abal-abal untuk melakukan restorasi, bukan profesional terlatih.

"Saya tidak meragukan niat baik dari pihak gereja dan orang yang bertanggung jawab atas rusaknya karya seni ini, tapi kelalaian mereka tidak bisa dimaafkan begitu saja," tegas Leoz.

 

*Pantau hasil hitung cepat atau Quick Count Pilkada 2018 untuk wilayah Jabar, Jateng, Jatim, Sumut, Bali dan Sulsel. Ikuti juga Live Streaming Pilkada Serentak 9 Jam Nonstop hanya di liputan6.com.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:


Ada Hikmah di Baliknya

Tiga gambar yang menunjukkan tiga versi dari Ecce Homo fresco: yang asli, yang rusak, dan yang "dipulihkan". (AFP)

Seniman kemudian membandingkan restorasi yang dilakukan terhadap patung fresco Ecce Homo di Borja, dekat Zaragoza.

Pada tahun 2012, jemaat gereja yang sudah lansia berniat baik untuk merestorasi fresco yang berumur 120 tahun tersebut.

Namun, hasilnya dianggap gagal total. Hasil pekerjaannya dinilai amatir, sehingga publik menjulukinya karya seni itu "Monkey Jesus".

Meski demikian, kasus itu berakhir bahagia. Foto-foto hasil restorasi yang gagal menjadi viral dan menarik turis yang jumlahnya mencapai ribuan.

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya