Liputan6.com, Lampung - Hasil hitung cepat atau quick count Pilkada Serentak 2018 sudah selesai. Termasuk juga Pilkada Lampung yang perhitungannya sudah 100 persen.
Salah satu lembaga survei Rakata Institute memenangkan pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur nomor 3 Arinal Djunaidi-Chusnunia Halim dengan angka 34,80 persen.
Advertisement
Hasil tersebut tak berbeda jauh dengan survei Pilkada Lampung yang dilakukan sebelumnya pada 12-17 Juni 2018.
Kala itu, perolehan elektabilitas Arinal-Nunik 33,30 persen, Herman HN-Sutono 31,30 persen, Ridho-Bachtiar 22,30 persen, dan Mustafa-Ahmad Jajuli 10,50 persen. Margin of error sebesar 3,10 persen.
Menurut Direktur Eksekutif Rakata Institute Eko Kuswanto, sebuah survei yang dipersiapkan dengan baik secara ilmiah akan menghasilkan data yang baik pula, begitu sebalikmya.
"Rakata telah berpengalaman menguji metode kami selama 10 tahun ini dan hasilnya sangat dinanti publik, baik survei maupun hitung cepatnya. Menjadi kontraproduktif saat publik sedang mencermati dinamika pilgub Lampung, tapi data kami April menjadi cibiran dan bully yang tidak ilmiah lagi. Sudah menyerang personal," ujar Eko melalui keterangan tertulisnya, Kamis (28/6/2018).
Dia menjelaskan, lembaganya saat itu sedang menjalani hukuman dari KPU Lampung yang melarang memublikasikan hasil surveinya.
"Nah kami patuhi itu. Tapi ternyata data kami bocor ke media tanpa kami rilis," ucapnya.
Akhirnya Rakata, lanjut Eko, meluruskan berita itu agar tidak menjadi kesalahpahaman. Dirinya tetap yakin atas data Pilkada Lampung 2018 yang disajikan ke masyarakat.
"Kami tetap yakin akan data yang kami miliki. Namun tekanan dari banyak pihak mengaburkan data ini dengan isu-isu lain yang di luar konteks," kata Eko.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Data yang Disajikan Benar
Eko menjelaskan, data April lalu makin dikuatkan dengan data Juni yang kecenderungannya memang sama bahwa pasangan Arinal-Nunik lebih unggul dari paslon lainnya meski tidak secara mutlak.
"Akhirnya data hari ini melalui Quick Count Rakata Institute mendapatkan legitimasi atas data-data kami sebelumnya. Bahwa memang paslon 3 lebih unggul," tuturnya.
Eko menambahkan, sebuah pelajaran berharga bahwa data bisa diumpamakan sebagai jamu yang sangat pahit.
"Pahitnya data mungkin kelak akan terkonversi menjadi manisnya hasil, jika memandang data survei sebagai acuan dan digunakan untuk evaluasi," tutup Eko.
Advertisement