Ini Isu Besar yang Akan Dibahas dalam Pertemuan Donald Trump dan Putin

Ada beberapa isu besar yang akan dibahas pada pertemuan resmi antara Donald Trump dan Vladimir Putin dalam waktu dekat.

oleh Happy Ferdian Syah Utomo diperbarui 28 Jun 2018, 17:33 WIB
Presiden AS, Donald Trump (kanan) bersalaman dengan Presiden Rusia Vladimir Putin saat bertemu di KTT G20, di Hamburg, Jerman (7/7). Kedua pemimpin iini bertemu selama setengah hingga satu jam. (AFP Photo/Soul Loeb)

Liputan6.com, Washington DC - Seorang pejabat senior Rusia mengatakan pada Rabu, 27 Juni 2018, bahwa Donald Trump dan Vladimir Putin telah menyetujui waktu dan tempat untuk mengadakan pertemuan resmi pertama mereka.

Asisten presiden Rusia Yuri Ushakov mengatakan kepada para wartawan bahwa KTT akan diadakan di negara lain selain Rusia atau Amerika Serikat. Tanggal dan lokasi pertemuan akan diumumkan segera sebelum akhir pekan ini.

Dikutip dari The Guardian pada Kamis (28/6/2018), pengumuman itu menyusul pertemuan tatap muka sebelumnya antara penasehat keamanan nasional AS, John Bolton, dan Putin di Kremlin, di mana kedua belah pihak membahas persiapan KTT, pengendalian senjata nuklir, dan masalah bilateral lainnya.

Pertemuan resmi antara Donald Trump dan Vladimir Putin ini akan menjadi pertemuan pertama kedua pemimpin, sejak mereka bertemu di KTT G20 pada Juli 2017.

Di Washington, Presiden Trump menyarankan kota Wina atau Helsinki sebagai tempat yang memungkinkan untuk pertemuan terkait. Dia mengatakan kepada wartawan bahwa dia telah menonton wawancara Bolton-Putin di televisi tetapi belum menerima "laporan lengkap" tentang hasilnya.

"Sepertinya kita mungkin akan bertemu dalam waktu tidak lama lagi, dan saya telah mengatakannya sejak hari pertama bercengkerama dengan pemimpin Rusia dan China, dan menurut saya, itu hal yang baik," kata Presiden Trump di Oval Office.

Berbicara kepada wartawan pada Rabu malam, Bolton mengatakan: "Saya tidak berpikir itu tidak biasa bagi para pemimpin Rusia dan AS untuk bertemu."

"Trump dan Putin berpikir sekarang adalah waktu bagi mereka untuk bertemu. Komunikasi langsung antara keduanya adalah yang terbaik bagi Amerika Serikat," lanjut Bolton.

Dalam lawatannya ke Moskow menjelang pertemuan antara Donald Trump dan Vladimir Putin, Bolton bersama duta besar AS untuk Moskow, Jon Huntsman, juga bertemu dengan beberapa pejabat penting Rusia, seperti Menteri Luar Negeri Sergei Lavrov, Menteri Pertahanan Sergei Shoigu, dan salah seorang penasihat Kremlin, Yuri Ushakov.

"Saya harus mengatakan dengan menyesal bahwa hubungan Rusia-Amerika tidak dalam bentuk terbaiknya," kata Putin kepada Bolton.

"Saya sudah mengatakan ini berulang kali di depan umum, dan saya mengatakan ini kepada Anda sekarang. Saya pikir ini adalah sebagian besar hasil dari perjuangan politik internal yang akut di dalam AS itu sendiri. "

Dia menambahkan, "Kedatangan Anda di Moskow memberi kami harapan bahwa kami dapat membuat langkah pertama untuk menghidupkan kembali hubungan penuh antara AS dan Rusia."

 

Simak video pilihan berikut: 

 

 


Hubungan Terburuk Sejak Perang Dingin

Matryoshka berkarakter Presiden Rusia, Vladimir Putin dan Presiden Amerika Serikat terpilih Donald Trump yang dijual di Moskow, Rusia (16/1). Menjelang pelantikan Trump, boneka ini di jual di toko-toko di kota Moskow. (AFP/Alexander Nemenov)

Di sisi lain, Rusia mengatakan pihaknya terbuka untuk pertemuan puncak antara Putin dan Trump. Dikabarkan pula bahwa pejabat Gedung Putih dan Kremlin telah bertemu dalam beberapa bulan terakhir untuk membuat persiapan tersebut.

Wina dan Helsinki telah disarankan sebagai tempat potensial untuk pertemuan tersebut.

Kedua belah pihak telah berselisih mengenai isu-isu termasuk dugaan campur tangan Rusia dalam pemilu AS 2016, konflik di Ukraina dan Suriah, keamanan siber, kebijakan NATO dan senjata nuklir.

Hubungan antara kedua negara saat ini, secara luas dilihat sebagai yang terburuk sejak perang dingin.

Rusia dan AS sempat menutup konsulat dan mengusir ratusan diplomat dalam aksi balasan selama kejatuhan diplomatik.

Di waktu bersamaan, berbicara kepada komite Senat pada hari Rabu, menteri luar negeri AS, Mike Pompeo mengatakan: "Presiden menantikan kesempatan untuk menemukan segelintir tempat di mana kita dapat melakukan percakapan produktif yang mengarah pada perbaikan untuk masing-masing dari kedua negara."

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya