Menperin Beberkan Penyebab Banjirnya Laptop Impor

Berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik (BPS) sepanjang Januari-Mei 2018 impor laptop mencapai USD 425,9 juta.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 28 Jun 2018, 17:10 WIB
Ilustrasi laptop (iStockPhoto)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Perindustrian, Airlangga Hartarto mengungkap penyebab banjirnya laptop impor. Berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik (BPS) sepanjang Januari-Mei 2018 impor laptop mencapai USD 425,9 juta.

Airlangga mengatakan, banjirnya laptop impor di Indonesia disebabkan oleh pembebasan bea masuk. Hal ini seperti diterapkan pada telepon seluler (ponsel) dan perangkat Information, Communication dan Technology (ICT) lainya.

"Nanti kita lihat bagian elektronik, tentunya bea masuk 0 jadi seperti hp (hand phone), kalau hp bisa tersaring karena ada inovation center," kata Airlangga, di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman, Jakarta, Kamis (28/6/2018).

Airlangga mengatakan, Indonesia sudah memproduksi komponen sendiri. Namun, akibat ada kebijakan pembebasan bea masuk tidak ada lagi perlindungan untuk komponen lokal bersaing dengan impor.

"Kalau pengembangan kan sudah ada produksi, tp memang antara domestik dan barang impor perlindungan tarif sudah tidak ada lagi," ujar dia.

Airlangga menuturkan, untuk memperkuat daya saing komponen lokal terhadap terpaan barang impor, pemerintah akan membangun pusat inovasi.

"Nanti kita dorong smartphone dan yang lain dengan inovation center," kata dia.

Airlangga pun mengaku, tidak bisa membendung serbuan laptop impor, karena ada pembebasan bea masuk. Hingga kini, dirinya belum menerima laporan atas kebijakan pembebasan bea masuk laptop.

"Enggak bisa, kecuali ada injuri kita bisa kantor failing duty. Itu semua tergantung, sudah ada memprotes atau memberikan laporan atau enggak. Selama itu tidak ada yg protes dirugikan. Selama ini belum," kata dia.

 

 


Impor Laptop hingga Bom Meningkat Tajam pada Mei 2018

Ilustrasi laptop (iStockPhoto)

Sebelumnya, impor Indonesia meningkat sepanjang Mei tahun ini jika dibandingkan April 2018. Kenaikan impor menyebabkan neraca perdagangan Indonesia pada Mei 2018 defisit sebesar US$ 1,52 miliar.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto mengatakan, kenaikan impor terjadi untuk semua jenis barang, baik barang konsumsi, barang modal maupun bahan baku.

"Jadi peningkatan konsumsi ini memang biasanya terjadi ketika kita memasuki Ramadan dan Lebaran. Untuk (impor) bahan baku kita harapkan dapat menggerakkan industri dalam negeri, barang modal kita harapkan mampu menggerakkan investasi," ujar dia di Kantor BPS, Jakarta, Senin 25 Juni 2018.

Berdasarkan data BPS, impor barang konsumsi pada Mei 2018, terdiri dari berbagai jenis beras dan gabah sebesar US$ 143,1 juta atau naik 140,9 persen dibandingkan April 2018. Lalu bom, geranat, terpedo dan sejenisnya ‎sebesar US$ 21,6 juta atau naik 208,57 persen. Selain itu, anggur segar sebesar US$ 34 juta atau naik 55,96 persen.

Untuk bahan baku, gula mentah (raw sugar) sebesar US$ 240,5 juta‎ atau naik 67,83 persen, emas gumpalan dan batangan sebesar US$ 226,6 juta atau naik 44,98 persen dan batu bara sebesar US$ 84,4 juta atau naik 195,1 persen.

Sementara untuk barang modal, mesin pembuat kertas sebesar US$ 140,8 juta atau naik 11.633 persen, laptop beserta notebook sebesar US$ 100,1 juta atau naik 94,37 persen dan komponen alat telekomunikasi sebesar US$ 31,1 juta atau naik 10.266 persen.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya