Tulang Orang Gunung Ternyata Beda dengan Tulang Orang Pantai

Tempat tinggal Anda bisa jadi berpengaruh pada pertumbuhan tulang

oleh Liputan6.com diperbarui 29 Jun 2018, 19:30 WIB
Orang-orang berjemur di pantai Biarritz, Prancis, Kamis (19/4). Masyarakat Paris banyak mengisi musim semi dengan berjemur di pantai. (AP Photo/Bob Edme)

 

Liputan6.com, Jakarta Tempat tinggal Anda bisa jadi berpengaruh pada pertumbuhan tulang. Studi terbaru yang ditayangkan di Jurnal Royal Society Open Science menunjukkan bahwa orang yang tinggal di wilayah yang lebih tinggi mungkin memiliki segmen lengan bawah yang relatif lebih pendek.

Namun, peneliti menemukan bahwa panjang tulang lengan dan tangan bagian atas mereka hampir mirip dengan orang yang berasal dari ketinggian lebih rendah.

Kadar oksigen lebih rendah pada kawasan yang lebih tinggi yang dapat mengurangi efisiensi konversi makanan menjadi energi dalam tubuh individu sehingga energi yang tersedia untuk pertumbuhan relatif terbatas.

Hidup di tempat yang lebih tinggi terbukti cukup menantang salah satunya ditandai dengan pertumbuhan tanaman relatif buruk sehingga membuat makanan menjadi langka.

 


Energi terbatas

Gunung Tilu, dinilai tepat menjadi habitat macan tutul yang tersesat. (foto: Liputan6.com / disparbud.jabarprov.go.id)

Sementara itu, energi yang tersedia sangat terbatas untuk pertumbuhan karena tingkat oksigen topografi yang lebih rendah sehingga konversi makanan menjadi energi tidak teratur.

“Temuan kami sangat menarik karena menunjukkan bahwa tubuh manusia memprioritaskan segmen mana yang tumbuh ketika ada energi terbatas yang tersedia untuk pertumbuhan, misalnya lengan bawah, ”kata penulis utama studi, Stephanie Payne dari Universitas Cambridge.

"Tubuh dapat memprioritaskan pertumbuhan tangan karena organ ini penting untuk ketangkasan manual, sementara panjang lengan atas sangat penting untuk kekuatan," tambah Payne seperti dilansir Indian Express.

Untuk keperluan studi, peneliti memeriksa lebih dari 250 individu yang termasuk dalam populasi Sherpa Himalaya. Peneliti lalu membandingkan data tersebut dengan kelompok-kelompok masyarakat Tibet yang secara genetis mirip yang hidup di dataran rendah Nepal. (AntaraNews/Lia Wanadriani Santosa)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya