Bandara Ngurah Rai Re-open, 6 Negara Harap Cabut Travel Advice ke Indonesia

Bandara Ngurah Rai kembali dibuka,6 negara yang sudah keburu mengeluarkan travel advice ke Indonesia diminta mencabutnya

oleh Novi Nadya diperbarui 29 Jun 2018, 16:17 WIB
Calon penumpang mengambil gambar papan informasi penundaan penerbangan di Bandara Ngurah Rai, Bali, Jumat (29/6). Pihak pengelola menutup sementara aktivitas bandara maupun penerbangan karena gangguan abu vulkanis erupsi Gunung Agung. (AFP/GEDE ARDIASA)

Liputan6.com, Jakarta Bandara Ngurah Rai kembali dibuka setelah sempat ditutup karena aktivitas vulkanik Gunung Agung, Bali yang meningkat. Hal itu mendapat respons dari 6 negara yang sudah mengeluarkan travel advice dengan cepat.

Keenam negara yang sudah mengeluarkan travel advice adalah Inggris, Amerika Serikat, Australia, New Zealand, Singapura, dan Prancis. Menteri Pariwisata Arief Yahya pun menanggapi dengan gesit.

"Bandara I Gusti Ngurah Rai secara resmi sudah Re-open, terhitung 29 Juni 2018 pukul 14.30 WITA. Jadi, kepada negara-negara yang sudah terlanjur memberkan Travel Advice, mohon segera dicabut lagi," harap Menpar Arief Yahya.

 

 


Beroperasi Selama 24 Jam

Sejumlah penumpang mencari informasi jadwal penerbangan di Bandara Ngurah Rai, Bali, Jumat (29/6). PT Angkasa Pura I menutup sementara operasional bandara selama 16 jam dikarenakan dampak abu vulkanik Gunung Agung. (AP/Firdia Lisnawati)

Bandara yang menjadi pintu masuk terbesar wisatawan mancanegara ini juga akan beroperasi selama 24 jam penuh hingga kondisi kembali normal.

"Terima kasih Angkasa Pura I dan Kemenhub yang makin pro aktif memikirkan customer dan wisatawan di Bali," imbuh Arief Yahya.


Menghindari Dampak Nasional

AP I menyiapkan counter reschedule dan refund, serta bus di Bandara Ngurah Rai, Bali seiring Erupsi Gunung Agung. (Dok AP I)

Menpar Arief Yahya memiliki kehawatiran tersendiri tentang informasi travel advice dari masing-masing negara menjadi meluas. Sebab travel advice berlaku nasional atau satu negara. Meski yang dianggap berpotensi membahayakan hanya di satu atau dua provinsi saja.

"Karena itu, dampaknya bisa langsung nasional kalau tidak direvisi. Kami berharap travel advice segera direvisi. Suasana Bali sudah menuju normal. Yang terganggu lalu lintas udaranya, bukan aktivitas kepariwisataan di atraksi dan amenitas," tutup Arief Yahya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya