Besok Festival Bakar Tongkang, Ribuan Wisatawan Datang ke Bagansiapiapi

Ritual Bakar Tongkang di Bagansiapiapi jadi agenda wisata yang menyedot minat ribuan wisatawan.

oleh M Syukur diperbarui 29 Jun 2018, 19:00 WIB
Festival Bakar Tongkang di Bagasiapiapi. (Foto: Dok. Dinas Pariwisata Riau)

Liputan6.com, Pekanbaru - Ribuan warga dari berbagai provinsi dan mancanegara, khususnya etnis Tionghoa, dipastikan akan memadati Bagansiapiapi sebagai ibu kota Kabupaten Rokan Hilir, Riau, pada 30 Juni 2018 nanti. Sebuah replika kapal atau disebut warga setempat Tongkang akan dibakar dalam Festival Bakar Tongkang.

Bakar Tongkang menjadi tradisi sejak ratusan tahun lalu dan salah satu wisata andalan Bumi Lancang Kuning. Di Riau, festival tahunan ini menjadi salah satu destinasi andalan dan masuk 10 besar agenda wisata Kementerian Pariwisata.

Tahun lalu, Pemerintah Provinsi Riau mengklaim tradisi ini menyedot hingga 52.000 wisatawan. Jumlahnya pada tahun ini diprediksi meningkat pesat. Sebab, acara ini mulai tersiar hingga Malaysia, Singapura, Thailand, Taiwan sampai ke Tiongkok daratan.

"Tahun lalu diperkirakan ada 22 ribu wisatawan mancanegara dan 30 ribu wisatawan lokal dari berbagai daerah di Indonesia," kata Gubernur Riau Arsyadjuliandi Rachman kepada wartawan.

Jumlah ini memberikan dampak positif terhadap masyarakat Bagansiapiapi, terutama pertumbuhan ekonomi. Karenanya, gubernur disapa Andi itu mengajak seluruh lapisan masyarakat mensuksekannya.

"Apalagi ini event pariwisata yang telah masuk dalam 10 besar 100 Calendar of Events Pariwisata 2018," katanya.

Terpisah, Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Riau, Fahmizal Usman menceritakan, Bakar Tongkang merupakan tradisi memperingati kehadiran masyarakat Tionghoa ke Bagansiapiapi pada tahun 1820 silam.

"Melalui ritual ini, masyarakat Tionghoa juga berjanji untuk mengembangkan diri di kota yang punya julukan Hong Kong Van Andalas," terangnya.

Fahmi menyebutkan, Bakar Tongkang diawali dengan ritual di Kelenteng In Hok Kiong. Klenteng ini sudah berusia ratusan tahun dan dinyatakan tertua di Bagansiapiapi. Sebelum itu, replika tongkang berciri khas Tionghoa ini sudah dipersiapkan jauh hari.

"Tongkang lalu diarak ke lokasi yang ditentukan hingga berlanjut pada prosesi pembakaran," kata Fahmi.

Sebelum acara ini Bakar Tongkang dilakukan terlebih dahulu pesta rakyat, mulai dari pertunjukan barongsai hingga karnaval fashion.

"Malam harinya digelar acara kesenian, yaitu Pentas Negeri Seribu Kubah. Pada 29 Juni malam juga dilaksanakan di Bagansiapiapi Haritage," kata Fahmi.

Untuk meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan, Fahmi menyebut dilaksanakan bakti sosial berupa sunatan massal untuk 500 anak, pemeriksaan gigi serta THT gratis untuk 500 pasien dan operasi katarak gratis kepada masyarakat.

"Slot yang diberikan sekitar 200 mata. Kegiatan bakti sosial ini melibatkan 60 tenaga medis, seperti dokter, perawat, admin, dan relawan dari berbagai pihak," katanya.

Pada tahun ini, Dinas Pariwisata Riau bekerja sama dengan Dinas Pariwisata Rokan Hilir menambahkan satu agenda tambahan di rangkaian Bakar Tongkang, yaitu Trip Pulau Jemur pada 1 Juni 2018. Wisatawan yang berminat sudah disediakan titik kumpul, yaitu Pelabuhan Bagansiapiapi.

Saksikan video pilihan di bawah ini:


Pesan Keren dan Mistis Bakar Tongkang

Festival Bakar Tongkang di Bagasiapiapi. (Foto: Dok. Dinas Pariwisata Riau)

Bakar Tongkang bertujuan menghormati etnis Tionghoa. Tongkang ini dimaksudkan membakar kapal yang terakhir karena dulunya perantau dari China membakar kapal terakhir agar tak kembali lagi ke daerah asalnya.

Festival ini juga dikenal dengan nama Go Gek Cap Lak dalam bahasa Hokkien, yang berasal dari kata Go berarti ke-5 dan Cap Lak yang berarti ke-16, sehingga ritual tersebut dirayakan setiap tahun pada hari ke-16 bulan ke 5 sesuai dengan Kalender China.

Pada puncak festival akan dilihat ke mana tiang utama tongkang akan jatuh. Warga setempat percaya bahwa arah di mana tiang utama jatuh (apakah menghadap ke laut atau menghadap ke pedalaman) akan menentukan nasib mereka di tahun yang akan datang.

Jika tiang laut jatuh ke laut, mereka percaya bahwa keberuntungan akan datang sebagian besar dari laut. Ketika jatuh ke darat, maka keberuntungan tahun ini sebagian besar akan berasal dari daratan.

Replika kapal bisa berukuran sampai 8,5 meter, lebarnya 1,7 meter dan beratnya mencapai 400 kilogram. Kapal itu akan disimpan untuk satu malam di Klenteng Hok Hok Eng, diberkati, dan kemudian dibawa dalam sebuah prosesi ke tempat di mana kapal ini akan dibakar.

Prosesi tongkang juga melibatkan atraksi Tan Ki di mana sejumlah orang menunjukkan kemampuan yang luar biasa dengan menusuk diri dengan pisau tajam atau tombak, namun tetap tidak terluka, agak mirip dengan tradisi Tatung di Singkawang di Kalimantan Barat.

Ribuan potongan kertas permohonan berwarna kuning akan dilekatkan pada kapal yang membawa doa dari orang-orang untuk nenek moyang mereka, sebelum kapal tersebut akhirnya dibakar.

Ritual ini juga merupakan manifestasi ucapan terima kasih oleh rakyat kepada para dewa Ki Ong Ya dan Tai Su Ong yang telah membawa nenek moyang mereka dengan selamat ke Bagansiapi-api. Para dewa Ki Ong Yan dan Tai Su Ong mewakili keseimbangan antara kebaikan dan kejahatan, kebahagiaan dan kesedihan, serta keberuntungan dan bencana.

Kota Bagansiapi-api dapat dicapai di darat sekitar 6-7 jam perjalanan atau sekitar 350 kilometer dari Pekanbaru, ibu kota Provinsi Riau. Atau Anda juga bisa sampai di kota Medan di Sumatera Utara sekitar 10-12 jam perjalanan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya