Mengenal Ayumolingo, Desa Terpencil Idola Para Teroris

Jalanan menuju Dusun Malihu, Ayumolingo, sungguh membuat hati dag-dig-dug. Senyap dan gelapnya sudah menjadi teror tersendiri.

oleh Arfandi Ibrahim diperbarui 30 Jun 2018, 03:01 WIB
Pemandangan senja di Dusun Malahu, sebuah tempat transmigrasi terpencil yang diduga menjadi persembunyian teroris. (foto : Liputan6.com / Arfandi Ibrahim)

Liputan6.com, Gorontalo - Kampung Ayumolingo di Kecamatan Pulubala, Kabupaten Gorontalo, barangkali minim informasinya di Google. Namun, tempat itu mendadak menjadi perbincangan karena tim Densus 88 Mabes Polri menggerebek rumah dan menangkap penghuninya karena dicurigai sebagai teroris. Masing-masing berinisial Sa, HS, dan EWi, ditangkap pada Senin, 25 Juni 2018.

Baiklah, mari kita membayangkan perjalanan tim Densus 88 untuk bisa menangkap para terduga teroris ini. Membayangkan saja melalui profil desa dan akses menuju ke sana.

Ayumolingo sebenarnya tergolong daerah tujuan transmigrasi yang tersembunyi. Berjarak 6 kilometer dari jalan raya  Kecamatan Pulubula, Kabupaten Gorontalo. Sore itu langit sedikit mendung, saat Liputan6.com menuju lokasi.

Setelah melewati Puskesmas Pulubala, tepat sebelum Polsek Pulubala di Desa Pulubala ada sebuah jalan dengan lebar 5 meter. Cukup panjang menyusuri jalan ini. Ada sebuah gapura menyambut, komplet dengan tulisan "Selamat Datang Di Desa Ayumolingo".

"Masih jauh dengan yang ditangkap karena teroris?" Liputan6.com mencoba bertanya.

"Itu di Dusun Malahu, sebuah kawasan transmigrasi. Masih sekitar lima kilometer lagi," kata warga.

Perjalanan berlanjut. Jangan membayangkan jalanan beraspal yang elok. Apalagi membayangkan aspal licin seperti tol Trans Jawa. Jalanan berkelok-kelok, dari gang ke gang, lorong ke lorong, berseling dengan jalanan rusak. Disempurnakan, saat harus melewati beberapa jembatan rusak. 

Ternyata jarak yang disebut 5 km itu menjadi menarik. Pemandangan di pegunungan yang masih asri dan perkebunan warga membuat suasana adem. Wajah pedalaman di Gorontalo. Tak menduga kalau daerah itu untuk bersembunyi teroris.

Simak video pilihan berikut ini:

 


Terpencil, Tercengang

Ilustrasi penangkapan teroris. (Liputan6.com/M.Iqbal)

Memasuki Dusun Malahu, suasana lebih menyeramkan. Jarak rumah antarwarga cukup jauh, dan diselingi pepohonan berukuran besar. Bagi yang takut hantu, imajinasi akan membawa ke hadirnya makhluk-makhluk halus penunggu pohon besar.

"Maaf. Mas dari mana?" itu ucapan warga dusun Malahu saat melihat kedatangan Liputan6.com.

Sikap itu sekaligus menegaskan bahwa kawasan itu merupakan kawasan terpencil dan jarang ada warga lain (selain transmigran) yang datang berkunjung ke kawasan ini.

"Soal teroris? Wah kurang tahu. Langsung ke sana saja," kata Winarto, salah satu warga dengan ekspresi khawatir.

Lokasi yang ditunjukkan Winarto ternyata masih cukup jauh. Harus melalui jalan menanjak, sempit, dan juga becek. Karena sudah semakin sore, tentu saja jalanan yang harus dilalui gelap dan melewati beberapa jembatan dan ruas jalan yang sangat rusak.

Rumah ketiga orang terduga teroris itu paling ujung, dan saling berdekatan. Sepuluh keluarga ini adalah angkatan terakhir program transmigrasi dari Jawa. Sejak tahun 2016, mereka mulai bermukim di sini. Tasban, salah satu tetangga terdekat mengaku tak terlalu mengenal para teroris itu.

Tasban yang hidup bersama istri, dan keempat anaknya adalah transmigran asal Indramayu. Ia sudah dua tahun ini tinggal bersama satu kampung. Namun, para terduga teroris ini sangat tertutup dan tidak mau membaur dengan para tetangga.

"Mungkin karena mereka sibuk. Tapi, selama ini mereka memang sangat tertutup. Tidak seperti kami yang sering ngobrol atau kumpul bersama," kata Tasban.

Sadikin (43), tetangga lainnya bercerita betapa seramnya penggeberekan yang dilakukan Tim Densus 88, Senin, 25 Juni 2018.

"Saat itu sekitar jam sembilan. Tiba-tiba ada sekitar tiga puluhan polisi berseragam lengkap datang. Kamiisemua disuruh masuk rumah. Dan masing-masing rumah dijaga oleh satu anggota," kata transmigran asal Jawa Tengah ini.

Seluruh ponsel dikumpulkan dan dijaga oleh polisi sehingga tak bisa berkomunikasi dan memotret jalannya penggerebekan. Sadikin bersyukur bahwa polisi sangat profesional.

Saat ini, ketiga terduga teroris masing-masing Sa, HS, dan EWi masih ditahan di Mako Brimob Polda Gorontalo. 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya