Liputan6.com, Jakarta Semprotan antinyamuk temuan tiga pelajar Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 2 Bengkulu Selatan, Provinsi Bengkulu, berhasil menang dalam ajang "World Young Inventors Exhibition" yang digelar pada pertengahan Mei 2018 di Kuala Lumpur, Malaysia.
Advertisement
Arif Hidayat (18), salah seorang siswa SMAN 2 Bengkulu Selatan, saat ditemui pada Minggu, menuturkan bahwa penemuan itu berawal ketika dirinya bersama rekannya bernama Endi Juniardi (18) dan Aqshal Dwi Raldo (16) mengamati pohon mahoni yang tumbuh di sebelah pagar sekolah mereka.
Pengamatan itu lantas memunculkan gagasan untuk meneliti manfaat lain dari pohon yang bernama latin Swietenia macrophilla tersebut.
"Masyarakat menganggap pohon mahoni hanya bermanfaat kayu dan daunnya saja, sehingga memicu kami untuk meneliti manfaat kesehatan dari pohon tersebut," ujarnya.
Dia menjelaskan, setelah melakukan serangkaian penelitian ilmiah, ternyata ekstrak biji mahoni memiliki senyawa saponin yang tidak disukai serangga, sehingga dapat mencegah gigitan nyamuk demam berdarah.
Mahoni merupakan tanaman anggota suku Meliaceae yang memiliki ketinggian berkisar 35 hingga 40 meter dengan diameter batang mencapai 125 sentimeter.
Pohon ini dapat mengurangi polusi udara sekitar 69 persen, sehingga dikenal sebagai pohon pelindung, filter udara sekaligus tangkapan air.
Kayu pohon mahoni bermanfaat untuk bahan bangunan dan perabot rumah tangga, sementara bijinya mengandung flavonoid dan saponin.
"Saponin inilah yang menjadi dasar terbentuknya semprotan pelindung kulit dari gigitan nyamuk," ungkap Arif.
Pahit dan berbuih
Saponin merupakan senyawa dalam bentuk glikosida yang berasa pahit dan berbuih apabila dikocok dengan air. Senyawa ini berfungsi sebagai antibakteri dan antiserangga.
"Hanya dengan sekali semprot dapat melindungi kulit dari gigitan nyamuk selama delapan jam. Kami menjamin produk ini 100 persen alami, tanpa bahan kimia," tuturnya.
Arif mengungkapkan, penelitian ilmiah tentang manfaat saponin itu lantas telah menghantarkan mereka menuju berbagai penghargaan nasional dan internasional.
Pada September 2017 lalu, ketiga pelajar itu menyabet medali perunggu dalam Festival Inovasi Kewirausahaan Siswa Indonesia (FIKSI) di Bandung, Jawa Barat. Mereka menggeser 75 peserta dari 13 provinsi yang mengikuti ajang tersebut.
Pada Mei 2018, mereka mendapat medali emas kategori inovasi terbaik dalam ajang "World Young Inventors Exhibition" di Kuala Lumpur, Malaysia.
"Kami senang, ternyata hasil penelitian kami mendapat sambutan positif dari masyarakat luar negeri," ungkapnya.
Hasil penelitian ilmiah itu dikemas dalam botol-botol kecil ukuran 100 milliliter, dan dijual seharga Rp15 ribu per botol melalui pasar di dunia maya. Mereka menambahkan aroma dari perasan kulit jeruk untuk memberikan kesan ramah pada hidung.
"Kami berharap, penelitian yang telah kami lakukan ini dapat bermanfaat bagi banyak orang, terutama di Indonesia yang masih tercatat memiliki banyak kasus demam berdarah," ucapnya. (AntaraNews/Nur Muhamad & Sugiharto P)
Advertisement