Memahami Susahnya Jadi Pria Tampan

Ketampanan seorang lelaki dianggap sebagai berkah karena dipenuhi dengan pujian, kesempatan, harapan baik, maupun hadiah. Tapi ternyata, hal ini tak selalu positif.

oleh Liputan6.com diperbarui 01 Jul 2018, 12:00 WIB
Ilustrasi pria narsis (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta “Kamu lihat gak tadi? Cowok yang tadi duduk dekat itu cakep banget!”

“Duh, aku maulah ke kafe ini terus karena baristanya cakep.”

Lelaki tampan memang mampu melemahkan hati seorang wanita. Mungkin tidak hanya wanita, sesama lelaki pun bisa merasa kagum sendiri ketika mengakui ketampanan yang dimiliki oleh lelaki lain. Ketampanan seorang lelaki dianggap sebagai berkah karena dipenuhi dengan pujian, kesempatan, harapan baik, maupun hadiah.

Meskipun begitu, mereka juga bisa dipandang sebelah mata. Ini tidak berlaku hanya untuk lelaki tampan, lebih tepatnya pada orang-orang yang memiliki paras yang menarik dan cakep. Mereka dilihat sebagai sosok yang selalu mencari perhatian dari orang-orang yang memujinya.

Mereka juga dianggap berpikiran dangkal dan tidak cerdas. Dengan kata lain muncul anggapan, “mereka hanya bagus di tampangnya saja, tetapi tidak bisa melakukan apa-apa.” Pandangan seperti ini pun menjadi bias yang melekat secara tidak sadar dalam diri manusia.

Lelaki dengan paras tampan akan hidup dalam dua pandangan yang bertolak belakang. Pada satu sisi, ia seolah-olah disayang dan dipuja oleh semua orang karena ketampanannya. Namun di sisi lain, ia dicemooh karena kekuatan tampan yang dimiliki.

Tantangan Lelaki Tampan

Bersamaan dari pujian yang diberikan pada lelaki tampan, terdapat pula tantangan yang harus mereka hadapi. Tantangan tersebut antara lain:

Mampu memberikan sanggahan terhadap pandangan buruk yang diberikan orang lain untuk meyakinkan bahwa dirinya adalah pribadi yang baik.Pernyataan ini berkaitan dengan dua pandangan yang dimiliki orang tampan. Ketika ia telah dianggap remeh, ia harus bisa menyanggah hal tersebut untuk membuktikan bahwa dirinya tidak seperti pandangan orang lain.

Misal, orang tampan sering dianggap hanya bermodal tampang yang baik, namun tidak seimbang dengan pribadi atau kecerdasan yang baik. Seringkali, orang berparas baik kesulitan membuktikan bahwa yang ia miliki tidak hanya tampang baik namun juga kecerdasan yang sama baik.

Mampu memberikan penjelasan mengenai harga diri yang dimiliki dengan cara yang menenangkan dan tidak mengusik kegelisahan orang lain.Ketampanan sudah dinilai sebagai suatu kelebihan, yang umumnya membuat seseorang merasa dirinya lebih berharga.

Akan tetapi, terdapat hal-hal lain yang membuat diri merasa berharga. Ketika lelaki tampan menjelaskan hal lain tersebut, dapat membuat orang lain merasa gelisah. Merasa gelisah karena merasa iri dan tidak adil atas begitu banyaknya kelebihan yang dimiliki oleh seorang lelaki tampan dibandingkan dirinya yang biasa saja.

Menurunkan dan menyembunyikan rasa percaya diri demi pertemanan dan penerimaan oleh orang lain.Apabila lelaki yang sudah memiliki paras tampan ketika melakukan hal yang menonjol lainnya, maka bisa dianggap terlalu berlebihan maupun sombong oleh orang lain.

Muncul anggapan seperti, “tidak perlu memamerkan kemampuan diri seperti itu sementang-mentang kamu tampan.” Kekhawatiran untuk menerima anggapan seperti itu membuat dirinya untuk menurunkan atau menyembunyikan kepercayaan diri yang ada.

 

Saksikan juga video menarik berikut:

 


Ketampanan Berujung Sepi

Ilustrasi pria narsis (iStockphoto)

Ketampanan ternyata mampu membuat diri merasa kesepian. Kesepian yang dirasakan karena sulit menemukan orang yang tulus untuk bersama mereka. Mereka ditemani oleh orang-orang yang memanfaatkan ketampanannya, untuk meningkatan egonya sendiri. Sebagai contoh, berdampingan dengan orang yang tampan membuat dirimu turut diperhatikan dan dihargai seperti orang tampan tersebut.

Kebanyakan orang berpikir, seseorang yang tampan pasti memiliki banyak keuntungan karena parasnya. Seolah-olah akan selalu ada orang lain yang menemani, memperhatikan, dan mendukungnya. Dengan meyakini adanya keuntungan seperti itu, untuk apa kita sebagai orang lain turut melakukan hal itu terhadap orang tampan?

Sulit untuk Menjalin Hubungan

Berkaitan dengan kesepian yang dirasakan, lelaki tampan juga bisa mengalami kesulitan dalam menjalin hubungan dengan orang lain. Lebih tepatnya lagi, untuk mencari pasangan dalam hidupnya. Lelaki tampan diyakini sebagai sosok yang mudah selingkuh terhadap pasangan, lekat dengan ketidaksetiaan, serta mudah membuat perempuan patah hati setelahnya. Keyakinan seperti ini menyebabkan lelaki tampan seolah berjuang sendiri untuk mempertahankan hubungan yang dijalaninya.

Mungkin saja ada lelaki tampan yang bertingkah laku seperti itu, namun tidak berarti semuanya begitu, bukan?


Tidak Nyaman Bersanding dengan Lelaki Tampan

Ilustrasi pria tampan (iStockphoto)

Kamu (lelaki maupun perempuan) mungkin pernah merasa rendah diri bila bersanding dengan lelaki tampan. Entah lelaki tampan itu adalah relasi dekatmu atau bukan, akan muncul perasaan rendah diri pada kita. Kita merasa seperti “tidak terlihat” ketika berada di dekat lelaki tampan.

Perasaan tidak nyaman tersebut menyebabkan timbulnya asumsi negatif terhadap lelaki tampan. Kita menilai ketampanannya sebagai ancaman, perawakannya menggambarkan suatu kekuasaan yang ingin dilawan, serta kepintarannya membuat orang lain merasa rendah diri.

Pada akhirnya, kita mungkin memilih untuk menghindar dari lelaki tampan. Kita memilih orang lain yang mampu membuat kita merasa penting, spesial, dan berarti ketika berdampingan dengannya. Bukannya malah merasa rendah diri seperti saat berdampingan dengan lelaki tampan.

Di Balik Ketampanan Itu Tetap Ada Hati yang Biasa 

Ketampanan seseorang adalah perihal ciptaan Tuhan yang tidak bisa dikontrol manusia. Seberapa baik paras seseorang, mungkin menjadi hal yang relatif. Meski relatif sepertinya tidak berlaku pada mereka yang berwajah tampan. Di balik wajah yang tampan,  tetap ada perasaan yang kita tidak pernah ketahui seberapa rumit. Apakah memang semua orang tampan identik dengan mereka yang suka mencari (atau menikmati) perhatian dari sekitarnya? Apakah memang menjadi pria tampan mudah mendapatkan pasangan?

Pernyataan seremeh “Kamu kan tampan, masa belum punya pasangan?” bisa menyakiti mereka yang berparas tampan. Bisa jadi dia memang belum memiliki pasangan karena masalah lain. Mengapa harus menonjolkan ketampanan untuk menjadi standar segalanya?

Melawan stigma-stigma seperti ini bukan hal yang mudah. Ketampanan memang hal yang baik dan pantas disyukuri, namun ada kalanya itu juga menjadi beban bagi yang memiliki. Beban ini sepatutnya kita pahami. Tidak lagi meninggikan mereka yang tampan, karena bisa jadi mereka tidak nyaman dengan perlakuan tersebut. Tidak lagi mengutamakan paras seseorang untuk menilai sesuatu bisa menjadi langkah awal kita menuju pribadi yang lebih baik. Pribadi yang lebih memahami orang lain, bukan hanya sekedar menilai dengan apa yang terlihat menurut kita.

Ketampanan tak menjamin apapun. Di balik wajah yang menarik banyak perhatian, mungkin ada hati yang menjerit mengharap pengertian.

 

Tulisan Zahrah Nabila dari Pijar Psikologi untuk Liputan6.com

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya