Liputan6.com, Khorramshahr - Ratusan warga di Kota Khorramshahr, barat daya Iran menggelar demonstrasi untuk memprotes kekurangan pasokan air sejak Jumat, 29 Juni 2018.
Demonstrasi itu berujung bentrok dengan aparat. Akibatnya, pada Sabtu 30 Juni waktu setempat, beberapa pengunjuk rasa dilaporkan tewas.
Jumlah korban tewas beragam. BBC Persia, pada Minggu (1/7/2018), melaporkan satu orang tewas. Sementara The Times of Israel menyebut bahwa korban tewas mencapai empat orang.
The Times of Israel juga melaporkan bahwa aparat Iran diketahui melepas tembakan berpeluru tajam ke arah demonstran.
Kendati demikian, belum ada keterangan resmi yang mampu mengonfirmasi total korban tewas maupun kabar soal tindakan represif aparat.
Unjuk rasa itu adalah protes kelangkaan air terbesar yang pernah terjadi di Iran tahun ini. Demikian seperti dikutip dari VOA Indonesia.
Dalam sebuah video dari penduduk Khorramshahr yang diverifikasi oleh VOA Persia, tampak massa dalam jumlah besar berunjuk rasa di jalan-jalan kota itu pada Jumat 29 Juni 2018 lalu.
Baca Juga
Advertisement
Khorramshahr berada di Provinsi Khuzestan dan bersebelahan dengan Sungai Karun yang membentuk perbatasan dengan Irak. Wilayah itu banyak dihuni oleh warga Iran keturunan Arab.
Kawasan itu menderita kelangkaan air minum selama berbulan-bulan, sebagian besar disebabkan akibat cuaca kering.
Penduduk yang berbicara dengan VOA Persia mengatakan, mereka juga menyalahkan pemerintah yang salah mengatur pasokan air hingga mengakibatkan kelangkaan. Mereka juga mengungkapkan kecurigaan bahwa pemerintah mengalihkan pasokan itu ke Irak dan Kuwait.
Sebelumnya bulan ini, beberapa penduduk Kota Khorramshahr mematahkan saluran pipa dan merekam sebuah pipa yang mengalirkan air bersih ke perbatasan Irak. Pengungkapan kasus itu membuat marah penduduk setempat.
Kantor berita Fars milik pemerintah Iran melaporkan protes di Khorramshahr ini, katanya, sekitar 300 orang berdemonstrasi memprotes muatan garam dalam air yang dipasok pemerintah kota.
Seorang penduduk Khorramshahr mengatakan kepada VOA Persia, air yang dipasok pemerintahan kota sangat tercemar hingga penduduk tidak bisa memurnikannya dengan penyaring di rumah.
Simak juga video pilihan berikut:
Iran Kehilangan 50 Ribu Lapangan Kerja dalam Tiga Bulan
Sementara itu pada pekan yang sama, seorang pengusaha terkemuka di Iran mengatakan negaranya telah kehilangan puluhan ribu lapangan pekerjaan di sektor swasta dalam beberapa bulan terakhir.
Kondisi itu, katanya, menunjukkan memburuknya perekonomian Iran akibat langkah Amerika Serikat yang kembali memberlakukan sanksi-sanksi ekonomi keras, usai Presiden Donald Trump menarik AS dari Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA) atau Kesepakatan Nuklir Iran.
Dalam laporan Kamis 28 Juni 2018, kantor berita Iran ISNA mengutip pernyataan Wakil Kepala Kamar Dagang, Industri, Pertambangan dan Pertanian di Iran, Hossein Salavarzi, menjelaskan bahwa sekitar 50 ribu lapangan pekerjaan hilang dari Maret hingga Mei ini. Demikian seperti dikutip dari VOA Indonesia Sabtu 30 Juni 2018.
Periode tiga bulan yang dirujuk Salavarzi itu mewakili kwartal pertama di tahun Persia.
ISNA juga melaporkan, Salavarzi menyampaikan bahwa pernyataan itu disampaikan dalam sebuah pertemuan dengan para anggota parlemen dari provinsi Teheran.
Laporan itu tidak merinci bagaimana 50 ribu lapangan pekerjaan itu bisa hilang. Namun laporan dari media pemerintah dan media sosial dan aktivis-aktivis HAM di Iran menggambarkan maraknya pemutusan hubungan kerja (PHK) dan penutupan pabrik di seluruh negara itu tahun ini.
Salavarzi juga mengatakan soal 'kebijakan yang bertujuan untuk menciptakan satu juta lapangan pekerjaan di Iran tahun ini', yang dimulai Maret lalu.
Tak jelas kebijakan siapa yang Salavarzi rujuk, namun, pernyataan lebih lanjut darinya memaparkan bahwa hilangnya lapangan pekerjaan itu menunjukkan Iran jauh tertinggal dalam hal mencapai tujuan menciptakan target tersebut.
Advertisement