Liputan6.com, Tokyo - Kaisar Jepang Akihito (84) mendadak jatuh sakit. Kondisinya membuat kegiatan resmi yang dijadwalkan pada Senin, 2 Juli 2018 batal, demikian kata juru bicara pemerintah.
"Kaisar Akihito tiba-tiba merasa kurang enak badan dan banyak mengeluarkan keringat pada Senin pagi, sehingga Ratu Michiko segera memanggil dokter istana," kata Kepala Sekretaris Kabinet Jepang Yosihide Suge seperti dikutip dari VOA Indonesia, Senin (2/7/2018).
Baca Juga
Advertisement
Dokter istana mendiagnosis sang kaisar mengalami "Gejala vertigo dan mual akibat berkurangnya aliran darah ke otak -- Asia One menyebut kondisi itu dengan cerebral anaemia."
"(Kondisi itu) memerlukan istirahat total dan pemeriksaan lanjutan," tambahnya.
Tadinya Akihito dijadwalkan bertemu dengan Putri Ayako, anak perempuan dari salah satu sepupunya, kata Juru Bicara Rumah Tangga Kekaisaran kepada AFP.
Menurut rencana, pertemuan itu ditujukan untuk membahas pertunangan Putri Ayako.
Pada 30 April 2019 mendatang, Akihito akan menjadi Kaisar Jepang pertama dalam dua abad yang mengundurkan diri. Putra tertuanya, Putra Mahkota Naruhito, 58 tahun, akan naik menduduki Takhta Bunga Krisan, sehari setelah pengunduran diri Akihito.
Simak video pilihan berikut:
Menikah dengan Rakyat Biasa, Putri Ayako Harus Melepas Takhta
Putri Ayako dari Jepang harus merelakan gelar bangsawannya demi menikahi rakyat biasa. Pria beruntung itu adalah Kei Moriya, pengusaha di sebuah firma ekspedisi, NYK Line.
Putri Ayako dan Kei Moriya akan menikah pada musim gugur ini. Keduanya diperkenalkan oleh ibu Ayako, Putri Hisako. Ayako sendiri kini berusia 27 tahun, ia menempuh pendidikan di Canda sedangkan sang calon suami lulusan Universitas Tokyo.
Pertunangan keduanya akan diresmikan melalui upacara tradisional pada bulan Agustus mendatang. Sedangkan acara pernikahannya sendiri akan digelar pada bulan Oktober.
Dilansir dari The Japan Times, setelah pernikahan digelar, Putri Ayako secara resmi bukan lagi anggota kerajaan. Ia dan suaminya tak akan bisa hidup di istana dan bukan lagi masuk ke garis keturunan kebangsawanan.
Putri Ayako sendiri bukan putri pertama yang harus merelakan gelar kebangsawanannya demi cinta. Sebelumnya, Putri Mako juga menikahi kekasih yang telah ia kencani sejak masa kuliah.
Hidup memang berisi penuh dengan pilihan. Para putri Kerajaan Jepang ini memilih meninggalkan gelarnya demi cinta. Namun masyarakat Jepang mulai menuntut untuk diadakan perubahan mengenai peraturan yang dinilai terlalu kuno ini.
Advertisement