Pemakai Angkutan Kereta Capai 35,5 Juta di Mei

Dari jumlah tersebut sebagian besar adalah penumpang Jabodetabek yang merupakan penumpang pelaju (commuter) yaitu sebanyak 29,0 juta orang atau 81,72 persen dari total penumpang kereta api.

oleh Liputan6.com diperbarui 02 Jul 2018, 15:14 WIB
Penumpang kereta api Senja Utama tiba di Stasiun Pasar Senen, Jakarta Pusat, Sabtu (23/6). Pihak KAI memperkirakan arus balik Idul Fitri 1439 Hijriyah masih akan berlangsung hingga tanggal 26 Juni mendatang. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Liputan6.com, Jakarta Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah penumpang kereta api di Jawa dan Sumatera yang berangkat pada Mei 2018 mencapai 35,5 juta orang. Angka ini turun 0,76 persen dibanding April 2018 sebesar 35,80 juta orang.

Kepala BPS, Suhariyanto mengatakan, dari jumlah tersebut sebagian besar adalah penumpang Jabodetabek yang merupakan penumpang pelaju (commuter) yaitu sebanyak 29,0 juta orang atau 81,72 persen dari total penumpang kereta api.

"Penurunan jumlah penumpang terjadi di wilayah Jawa non-Jabodetabek dan Sumatera masing-masing turun 5,02 persen dan 22,26 persen, sebaliknya wilayah Jabodetabek naik 0,18 persen," ujar Suhariyanto di Kantor BPS, Senin (2/7/2018).

Suhariyanto, mengatakan jumlah penumpang kereta api selama Januari sampai Mei 2018 mencapai 173,1 juta orang atau naik 11,19 persen dibanding periode yang sama tahun 2017.

"Kenaikan penumpang terjadi di semua wilayah Jabodetabek, Jawa non-Jabodetabek, dan Sumatera, yaitu naik berturut-turut 12,93 persen, 4,01 persen, dan 6,59persen," ungkapnya.

Di sisi lain, Suharianto mengatakan jumlah barang yang diangkut kereta api pada April 2018 tercatat sebanyak 4,3 juta ton atau naik 8,06 persen dibanding bulan sebelumnya.

Sebagian besar barang yang diangkut tersebut tercatat di wilayah Sumatera sebanyak 3,0 juta ton atau 69,00 persen dari total barang yang diangkut kereta api.

"Peningkatan jumlah barang terjadi di wilayah Jawa non-Jabodetabek dan Sumatera masing-masing sebesar 12,15 persen dan 6,32 persen," imbuhnya.

Sementara, selama periode Januari hingga Mei 2018 jumlah barang yang diangkut kereta api mencapai 19,7 juta ton atau naik 17,08 persen dibanding periode yang sama tahun 2017. Peningkatan terjadi di wilayah Jawa non-Jabodetabek dan Sumatera masing-masing sebesar 22,90 persen dan 14,71 persen.

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com


Alasan Penumpang Kereta Api Selalu Melonjak dari Tahun ke Tahun

Penumpang kereta api Senja Utama tiba di Stasiun Pasar Senen, Jakarta Pusat, Sabtu (23/6). Pihak KAI memperkirakan arus balik Idul Fitri 1439 Hijriyah masih akan berlangsung hingga tanggal 26 Juni mendatang. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

PT Kereta Api Indonesia (KAI) Daerah Operasi (Daop) 5 Purwokerto, Jawa Tengah, mencatat terjadi kenaikan penumpang kereta api sebanyak tujuh persen pada masa angkutan Lebaran 2018 antara 5 hingga 26 Juni 2018.

Selama 22 hari masa angkutan Lebaran 2018, tercatat sebanyak 412.270 penumpang naik dan turun di stasiun wilayah Daop 5. Adapun pada tahun lalu di periode yang sama, penumpang hanya berjumlah 384.198 penumpang.

Ternyata, peningkatan jumah penumpang tak hanya terjadi tahun ini. Pada Lebaran 2017 juga terjadi peningkatan jumlah penumpang dibanding Lebaran 2016, dengan kisaran angka yang kurang lebih sama.

Tak hanya pada masa Lebaran, tren peningkatan jumlah penumpang kereta api juga terjadi pada hari-hari biasa, termasuk libur panjang. Dari hari ke hari, jumlah penumpang semakin meningkat.

Juru Bicara PT KAI Daop 5 Purwokerto, Ixfan Hendriwintoko, tak memungkiri jumlah penduduk dan semakin tingginya tingkat mobilitas masyarakat memengaruhi peningkatan jumlah penumpang kereta.

Namun begitu, ia pun melihat bahwa terjadi pergeseran pandangan masyarakat, dari sebelumnya kereta api sebagai moda transportasi alternatif menjadi alat transportasi massal utama.

Dia pun mengklaim, ketepatan jadwal pemberangkatan dan waktu kedatangan kereta api menjadi nilai plus. Hal itu berbeda dengan moda transportasi darat lainnya. Misalnya, bus atau mobil pribadi, yang pada waktu-waktu tertentu bisa terjebak macet dan menghabiskan waktu hingga dua atau tiga kali lipat dari waktu normal.

Dia mencontohkan, pada masa mudik dan balik Lebaran sejumlah ruas utama mudik macet. Hal itu tak ditemui pada kereta api, meski frekuensi lalu lintasnya meningkat.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya