Liputan6.com, Jakarta - Wakil Presiden RI Jusuf Kalla, Menteri BUMN Rini Soemarno, dan tokoh oposisi Malaysia Anwar Ibrahim akan hadir dan berpidato dalam forum kepemimpin petinggi bisnis The ECGL Leadership Forum 2018, yang diprakarsai oleh firma think-tank Executive Center for Global Leadership (ECGL).
Acara bertajuk "Redefining Leadership Making a Difference" itu akan diselenggarakan di Ballroom Fairmont, Jakarta, Rabu 4 Juni 2018.
Perhelatan itu mengundang jajaran pimpinan berbagai BUMN RI, perusahaan swasta, duta besar negara sahabat, dan ketua lembaga tinggi negara.
Tanri Abeng, pendiri dan pimpinan ECGL menjelaskan bahwa forum itu diharapkan mampu menjadi wadah yang mencerahkan bagi para peserta dalam menghadapi berbagai tantangan terkini seputar dunia usaha dan bisnis Indonesia di tengah era digital dan global.
"Forum ini dapat membantu pergerakan bisnis Indonesia, dengan memanfaatkan segala kemampuan dan sarana terbaru, termasuk politik, dalam melihat peluang bisnis secara jeli pada masa kini," kata Tanri Abeng, pendiri dan pimpinan ECGL dalam konferensi pers pada Senin (2/7/2018), dua hari sebelum pelaksanaan forum.
"Harapannya, dengan forum ini, pebisnis dan bangsa Indonesia akan merasakan manfaat positif di bidang ekonomi serta bisnis pada masa mendatang," tambah mantan Menteri BUMN RI pertama itu.
Mengomentari kehadiran tokoh oposisi Malaysia Anwar Ibrahim sebagai salah satu pembicara kunci dalam forum tersebut, Tanri mengatakan:
"Dia (Anwar) itu tengah berproses menjadi perdana menteri Malaysia kan, Perdana Menteri Mahathir Mohamad pun saat ini tengah "menyiapkannya" ke arah sana. Jadi saya rasa, kehadiran Anwar sangat penting."
Baca Juga
Advertisement
Tanri pun menilai, hadirnya pejabat tinggi RI bersama Anwar Ibrahim dalam forum itu "Akan membuka jalan bagi hubungan bisnis dan politik yang lebih harmonis lagi bagi Indonesia-Malaysia pada masa mendatang."
Menteri BUMN Rini Soemarno dijadwalkan mendapat giliran pertama menyampaikan pidato kunci bertemakan, "Kepemimpinan dalam Badan Usaha Milik Negara".
Wapres RI Jusuf Kalla akan mendapat giliran kedua, dengan menyampaikan pidato kunci bertajuk, "Kebijaksanaan dalam Memimpin."
Sedangkan Anwar Ibrahim, dengan tema pidato "Kepemimpinan Politik", akan bersua pada sesi makan siang formal (luncheon speech).
Ini menjadi 'safari politik' kedua Anwar Ibrahim ke Indonesia sejak dirinya bebas dari penjara usai mendapat pengampunan dari Raja Malaysia pada 16 Mei 2018.
Empat hari kemudian, pada 20 Mei 2018, mantan wakil perdana menteri Malaysia itu melaksanakan pertemuan dengan Presiden ketiga RI, BJ Habibie di Jakarta. Hal itu, menjadikan Habibie dan Jakarta sebagai figur serta lokasi di luar negeri yang pertama kali dikunjungi oleh Anwar setelah dirinya menghirup udara bebas.
Simak pula video pilihan berikut:
Anwar Ibrahim Akan Gantikan PM Mahathir?
Anwar Ibrahim, figur top perhimpunan partai oposisi Pakatan Harapan, diproyeksikan akan menjadi kepala pemerintahan Malaysia yang selanjutnya.
Proyeksi itu didasari atas rencana PM Mahathir Mohamad (92) yang hanya ingin memimpin selama 1 - 2 tahun. Usia Mahathir yang semakin senja menjadi salah satu faktor utama.
Akan tetapi, alasan utama proyeksi itu justru didasari atas sinyal yang diberikan Mahathir untuk "membuka jalan" bagi Anwar demi menduduki kursi Perdana Menteri Malaysia dalam waktu dekat.
Skenario itu pun telah lama diprediksi oleh para analis politik dan publik Negeri Jiran sejak kampanye Pemilu 2018 Malaysia bergulir, yang mana kala itu, partai politik yang dipimpin Anwar dan Mahathir membentuk Pakatan Harapan untuk menumbangkan petahana PM Najib Razak beserta koalisi Barisan Nasional-nya.
Alhasil, Mahathir berhasil memenangi pemilu dan oposisi sukses menggeser kemapanan Barisan Nasional, yang telah berkuasa selama puluhan tahun di Malaysia.
Di sisi lain, Mahathir menjelaskan, kelak pascamundur usai menjabat sebagai perdana menteri Malaysia selama 1 - 2 tahun, ia hanya akan memainkan peran di belakang layar.
Ia juga mengisyaratkan bahwa Anwar Ibrahim, mantan musuh bebuyutan yang kini jadi mitra koalisinya, akan menduduki kursi perdana menteri Malaysia.
"(Dalam) tahap awal, mungkin akan berlangsung satu atau dua tahun, saya jadi perdana menteri," kata Mahathir kepada Wall Street Journal, seperti dilansir Channel News Asia, Senin, 15 Mei 2018.
"Saya akan memainkan peran di belakang layar bahkan ketika saya mengundurkan diri."
Mahathir Mohamad menambahkan bahwa setelah Anwar Ibrahim dibebaskan, pemimpin de facto PKR itu harus berjuang mendapat kursi di parlemen dan kemungkinan diberikan jabatan di kabinet.
Namun, pada saat bersamaan, ia masih akan tetap memainkan peran yang sama seperti pemimpin tiga partai lainnya dalam koalisi Pakatan Harapan.
"Saya mengharapkan dia memainkan peran yang sama dengan para pemimpin dari tiga partai lainnya. Tidak akan ada kekuasaan istimewa, layaknya yang diberikan kepada menteri atau wakil menteri atau wakil perdana menteri," ujar Mahathir seraya menambahkan bahwa ia akan segera membuat keputusan akhir terkait postur kabinetnya.
Sementara itu, ketika Anwar ditanya mengenai keberlanjutan karier politiknya, ia mengatakan, "Dalam waktu yang dekat. Satu - dua bulan lagi (akan terjun kembali ke dunia politik)."
"Tapi semua butuh proses," Anwar menambahkan tanpa mengelaborasi lebih lanjut.
Advertisement