Terjepit Ekonomi, Yakuza Jepang Alih Profesi Jadi Pencuri Melon

Karena kesulitan ekonomi, banyak Yakuza atau anggota mafia Jepang terpaksa banting setir menjalani "pekerjaan kotor yang tidak bergengsi". Seperti mencuri melon hingga teripang. Ini kisah mereka.

oleh Happy Ferdian Syah Utomo diperbarui 02 Jul 2018, 20:40 WIB
Peserta dengan tato tradisional di tubuhnya mengikuti Festival Sanja Matsuri di luar kuil Sensoji, distrik Asakusa, Tokyo, Minggu (20/5). Dan hanya di Festival ini para Yakuza menampakkan diri dan berbaur dengan masyarakat lainnya. (AFP/Behrouz MEHRI)

Liputan6.com, Tokyo - Jaringan kelompok mafia di Jepang, Yakuza, dikabarkan tengah mengalami kesulitan ekonomi, sehingga membuat anggotanya terpaksa melakukan perburuan teripang dan menjarah ladang buah, untuk kemudian dijual ke toko atau pedagang pasar yang tidak terlalu banyak bertanya.

Umumnya kelompok mafia yang dikenal dengan ciri khas berupa tato hampir di seluruh tubuhnya itu, menghasilkan uang dari perjudian ilegal, pemerasan, serta perdagangan budak seks dan obat-obatan.

Dikutip dari South China Morning Post pada Senin (2/7/2018), undang-undang yang diperkenalkan selama satu dekade terakhir telah membuat beberapa gangster kesulitan beroperasi dan mencari anggota baru.

Menurut Badan Kepolisian Nasional Jepang, jumlah keanggotaan berbagai kelompok mafia tersebut telah merosot ke rekor terendah, menjadi 34.500 orang pada 2017.

Pada April tahun lalu, kepala kelompok kriminal yang berafiliasi dengan mafia Yamaguchi-gumi asal Kobe, ditangkap karena mencoba mengutil 64 barang dari sebuah supermarket di Nagoya.

Masato Gunji, nama pimpinan kelompok kriminal itu, bersama dengan dua anak buahnya ditangkap setelah mengisi keranjang dengan barang-barang dari rak dan pergi tanpa membayar.

Sebulan setelahnya, sebuah film dokumenter produksi stasiun televisi NHK menampilkan seorang pensiun pemimpin geng kriminal Jepang, yang kini beroperasi di kawasan pedesaan.

Bersama dengan anak buahnya, ia kerap melakukan pencurian di ladang secara acak namun sistematis, memastikan jejak kejahatannya tidak terdeteksi.

Menurutnya, buah melon adalah target favorit untuk dicuri, meskipun hasilnya tidak besar dan proses pencuriannya cukup sulit.

Di bagian lain negara itu, para petani mulai bersiaga melakukan patroli keliling guna melindungi tanaman melon, anggur, mangga, dan buah serta sayuran lain yang mungkin menarik perhatian yakuza.

"Ada kesenjangan besar antara gangster tingkat tinggi di kota-kota dan tingkat rendah di pedesaan. Namun, mereka sama-sama mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya," kata Jeff Kingston, direktur Studi Asia di Temple University Tokyo.

Kingston memperkirakan bahwa perubahan dramatis yang dialami oleh Yakuza berhubungan dengan menurunnya gairah bisnis konvensional di Jepang, sebagai akibat dari "dekade hilang" pada perekonomian Negeri Matahari Terbit.

 

Simak video pilihan berikut:


Tren Pencurian Teripang

Bendera Jepang (via iStockphoto)

Beberapa waktu belakangan, muncul target pencurian baru yang dilakukan oleh Yakuza, yakni teripang yang banyak dibudidayakan di pesisir Laut Jepang di wilayah timur Negeri Sakura.

Beberapa laporan patroli pantai menyebut adanya aktivitas memancing oleh oknum tidak dikenal di malam hari, yang kemudian pergi menghindar dengan kecepatan tinggi ketika didekati.

Di Jepang, teripang adalah salah satu komoditas laut paling berharga yang perburuan dan pembudidayaannya diatur ketat oleh pemerintah. Siapapun yang kedapatan melakukan pencurian akan dikenai sanksi hukuman penjara maksimal enam bulan dan denda mulai dari 10.000 yen atau sekitar Rp 1,2 juta.

Namun, karena angka kasus pencurian teripang kian mengkhawatirkan, otoritas Jepang tengah mempertimbangkan untuk meningkatkan jumlah denda beberapa kali lipat.

Sementara itu, seorang anggota senior kelompok mafia Yamaguchi-gumi didenda 100 juta yen (setara Rp 12,9 miliar), setelah kedapatan memiliki 60 ton teripang. Setelahnya, lima anggota geng yang sama ditangkap dengan barang bukti 450 kilogram komoditi berjuluk timun laut itu.

Pihak kepolisian Jepang meyakini bahwa teripang curian itu dikirim ke China, di mana harga pasarannya cenderung tinggi karena besarnya jumlah permintaan domestik.

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya