Liputan6.com, Jakarta - Menghadapi tekanan inflasi bulan Ramadan dan Hari Raya Idul Fitri 2018, perkembangan harga-harga di Ibukota pada Juni 2018 terkendali. Hal ini ditunjukkan oleh inflasi bulan Juni yang hanya sebesar 0,48 persen dibandingkan bulan sebelumnya (month to month/mtm), lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata historis inflasi bulan Idul Fitri dalam tiga tahun terakhir, yaitu 0,69 persen.
Terkendalinya inflasi DKI Jakarta juga tercermin dari pencapaian yang lebih rendah dari inflasi nasional sebesar 0,59 persen (mtm). Dengan perkembangan ini laju inflasi sejak awal tahun 2018 mencapai 1,9 persen (ytd), atau 3,31 persen (yoy).
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi DKI Jakarta Trisno Nugroho mengatakan, inflasi kelompok volatile food, yang kerap bergejolak pada bulan Idul Fitri, saat ini menunjukkan pergerakan yang stabil.
Baca Juga
Advertisement
"Komoditas beras masih menunjukkan penurunan harga sebesar 1,16 persen (mtm) seiring dengan pasokan yang berlimpah," jelas Trisno, Selasa (4/7/2018).
Pada kelompok daging dan hasil-hasilnya, harga daging ayam ras dan daging sapi cukup terkendali, dan tercatat masing-masing naik sebesar 1,30 persen (mtm) dan 0,93 perwen (mtm). Pada 3 tahun sebelumnya, harga kedua komoditas ini kerap bergejolak, dan bisa mencapai 3,01 persen (mtm) dan 2,02 persen (mtm).
Terkendalinya inflasi kelompok bahan pangan juga didukung oleh harga cabai merah yang stabil (0,37 persen mtm). Secara keseluruhan, pencapaian inflasi bahan makanan pada Juni 2018 sebesar 0,76 persen (mtm), lebih terkendali dibandingkan dengan inflasinya pada bulan Idul Fitri dalam 3 tahun terakhir, yang mencapai rata-rata 1,36 persen (mtm)."
"Berbagai program TPID Provinsi DKI Jakarta dan koordinasi yang lebih baik lintas instansi dalam pengendalian harga, serta pembentukan ekspektasi positif masyarakat ikut berperan dalam menjaga kestabilan harga di Jakarta," Trisno menerangkan.
Tarif Angkutan
Sejalan dengan kelompok volatile food, kelompok administered prices juga mengalami pergerakan yang cukup stabil. permintaan jasa transportasi pada masa libur Idul Fitri, terutama pada moda angkutan udara dan antarkota tercatat relatif terkendali.
Angkutan udara, mengalami kenaikan sebesar 10.71 persen (mtm), relatif lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata tiga tahun sebelumnya (15,93 persen mtm). Berbagai pembangunan infrastruktur yang dilakukan oleh pemerintah, seperti jalan darat dan tol, memberikan alternatif moda transportasi yang lebih variatif, termasuk menggunakan kendaraan pribadi.
Hal tersebut juga memengaruhi kenaikan tarif angkutan antarkota yang tercatat sebesar 7,71 persen (mtm), lebih rendah dari rata-rata tiga tahun sebelumnya (10,17 persen mtm).
Berbagai perkembangan harga ini membawa kelompok pengeluaran transportasi, komunikasi dan jasa keuangan mengalami inflasi sebesar 1,09 persen (mtm), lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata bulan Idul Fitri dalam 3 tahun terakhir (1,25 persen mtm).
"Inflasi yang rendah juga didukung oleh stabilnya perkembangan harga komoditas pada kelompok inti. Kenaikan harga komoditas kelompok pengeluaran makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau yang rendah merupakan pendorong utama stabilnya kelompok inti," ungkap Trisno.
Kelompok ini hanya mengalami inflasi sebesar 0,23 persen (mtm), lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata bulan Idul Fitri pada 3 tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 0,54 persen (mtm). Terkendalinya harga pangan yang digunakan sebagai bahan baku makanan jadi, turut mendukung pencapaian inflasi yang rendah tersebut.
Terkendalinya inflasi inti sedikit tertahan oleh kelompok pengeluaran perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar yang tercatat sebesar 0,33 persen (mtm), lebih tinggi dari rata-ratanya (0,15 persen mtm). Hal ini terutama disebabkan oleh kenaikan harga sewa rumah sebesar 1,56 persen (mtm), seiring kenaikan biaya perawatan dan perlengkapan rumah.
Advertisement