Liputan6.com, Bamako - Setidaknya empat orang warga sipil tewas dalam sebuah serangan yang menyasar patroli tentara Prancis di Mali pada Minggu, 1 Juli 2018. Dilaporkan pula sebanyak 20 orang lainnya mengalami luka, termasuk delapan di antaranya berasal dari pihak militer Prancis.
Sebelumnya, sebagaimana dikutip dari VOA Indonesia pada Selasa (2/7/2018), Kementerian Pertahanan Mali mengatakan dua orang tentara Perancis tewas, tetapi diralat, dan mengatakan korban tewas adalah penduduk sipil.
Seorang juru bicara untuk pihak militer Perancis mengatakan, tentaranya tidak ada yang tewas ketika sebuah bom mobil diledakkan di Kota Gao di wilayah utara Mali.
"Saya konfirmasikan (serangan) itu merupakan bom mobil yang ditabrakkan ke patroli tentara gabungan Barkhane-Mali," kata Boubacar Diallo, juru bicara Kementerian Pertahanan Mali.
Baca Juga
Advertisement
Menurut Diallo, serangan itu menargetkan Operasi Barkhane yang dilancarkan pasukan Perancis, dengan jumlah pasukan mencapai lebih dari 4.000 tentara.
Saksi mata mengatakan, terjadi baku tembak antara antara penyerang dan pasukan Barkhane-Mali setelah ledakan bom terjadi.
Menurut SITE, lembaga intelijen swasta yang berbasis di Amerika Serikat, kelompok teroris afiliasi al-Qaeda di Mali, Nusrat al-Islam wal Muslimeen, mengklaim bertanggung jawab atas serangan maut tersebut.
Kelompok yang biasa dikenal dengan singkatan JNIM itu mengklaim melakukan serangan di Gao hari Minggu, dan menyatakan hal itu sebagai "pesan khusus" kepada Presiden Prancis Emmanuel Macron menjelang KTT Uni Afrika di Mauritania.
Meski begitu, JNIM menolak klaim tanggung jawab terhadap tiga serangan lainnya yang terjadi berurutan sejak dua pekan lalu, yang oleh beberapa pihak, dituding menyasar pemilu Mali pada 29 Juni 2018 lalu.
Simak video pilihan berikut:
Imigran Mali Jadi Warga Prancis
Sementara itu, seorang imigran asal Mali mendapat penghargaan tinggi dari pemerintah Prancis, karena telah menyelamatkan seorang anak yang nyaris jatuh dari balkon, dengan cara memanjat tanpa takut layaknya Spider-Man.
Setelah impiannya menjadi warga negara Prancis terkabul, imigran bernama Mamoudou Gassama itu kini bergabung dengan brigade pemadam kebakaran.
Seperti dikutip dari The Guardian, setelah dokumen imigrasi Gassama dilacak dengan cepat pada Mei lalu, dia kemudian mengunjungi stasiun pemadam kebakaran untuk mendaftar magang selama 10 bulan dengan layanan unit tersebut. Diperkirakan ia akan menerima bayaran sekitar 600 euro atau sekitar Rp 9,7 juta per bulan.
Pemuda 22 tahun itu akan menerima dokumen resmi sebagai warga negara Prancis dalam kurun waktu sekitar tiga bulan.
Kepala otoritas lokal di Seine-Saint-Denis, yang memproses permintaan kewarganegaraan Gassama, memuji aksi imigran tersebut.
"Dia membantu seseorang dalam bahaya, itu bukan hal yang biasa di masyarakat kita," kata pejabat itu.
Advertisement