Liputan6.com, Jakarta - Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno sudah pulang dari kunjungannya selama lima hari ke Amerika Serikat. Sandi pun memberbakan oleh-oleh berupa hasil sejumlah pertemuan yang dilakukannya selama berada di AS.
Sandi menjelaskan alasan pemilihan Boston, Amerika Serikat sebagai tempat kunjungannya.
Advertisement
"Kenapa Boston, kenapa enggak Bangkok atau yang lain? Karena kita penginnya lebih maju," ujar Sandi di Balai Kota DKI Jakarta, Senin (2/7/2018).
Ia mengaku, ada 12 pertemuan yang dilakukannya selama berada di Amerika Serikat. Namun, menurut Sandi, ada 5 pertemuan inti yang berfokus untuk pembangunan Ibu Kota.
"Ada 5 pertemuan inti yang berfokus pada empat pilar. Pertama yang ingin kita lakukan yaitu penyedia lapangan kerja di DKI, jobs," ucapnya.
Kedua, lanjut Sandi, adalah biaya hidup yang terjangkau bagi masyarakat. Lalu ketiga, kata dia, keadilan sosial dan ekonomi bagi masyarakat.
"Dan terakhir adalah pendidikan. Ini yang menjadi empat pilar masyarakat DKI ingin kita fokuskan, memberikan solusi," kata Sandiaga Uno.
Kemudian, Sandi menceritakan soal hari pertamanya di Boston dan mengunjungi SENSEable City Laboratory di Massachusets Institute of Technology (MIT). SENSEable City Laboratory sendiri adalah pusat penelitian yang mempelajari dan mencari solusi permasalahan perkotaan dengan menggunakan teknologi digital.
"Salah satu proyeknya adalah Light Traffic, yang merupakan pengembangan teknologi lalu lintas untuk mengurangi antrean kemacetan panjang kendaraan akibat lampu lalu lintas," tuturnya.
Setelah berkunjung ke MIT, Sandi kemudian melanjutkan kunjungannya ke Global Resilience Center. Ia pun bertemu dengan Prof Stephen Flynn dan tim ahli dari Global Resilience Institute (GRI).
"Kami berdiskusi tentang bagaimana menciptakan sebuah kota yang berketahanan dan menemukan solusi atas berbagai masalah yang ada di DKI Jakarta mulai dari kemacetan, banjir, kegagalan infrastruktur, cyber attack, hingga dampak daerah pesisir akibat Reklamasi Teluk Jakarta," paparnya.
GRI, menurut Sandi, telah melakukan riset di wilayah pesisir DKI Jakarta dengan fokus pada analisis dampak pembangunan infrastruktur dan perubahan iklim.
Selanjutnya, Sandi mengunjungi Kantor Mayor Boston dan New York City di Boston dan bertemu dengan Manager of International Partnership, Global Affairs, James Reginald Colimon. Mereka membahas tentang potensi kerja sama dengan Kota Boston baik bilateral maupun multilateral, sedangkan kunjungan New York City ia bertemu dengan Marisa Lago, Director of NYC Department of City Planning.
Sandi mengatakan, dalam pertemuan tersebut NYC Planning tersebut, berbagi informasi terkait Mandatory Inclusionary Houseing (MIH).
"MIH mewajibkan pembangunan gedung residensial di area tertentu untuk mengalokasikan sebesar 20 persen total unit hunian agar terjangkau bagi warga berpenghasilan menengah ke bawah," terangnya.
Pemprov DKI Jakarta, menurut Sandiaga Uno, akan mengkaji apakah program ini dapat digunakan di Ibu Kota agar mampu menyediakan rumah yang terjangkau bagi masyarakat berpenghasilan rendah.
Smart City
Sandi juga membahas mengenai pembangunan Hudson Yards merupakan kawasan di pesisir New York yang memiliki sejarah pembangunan cukup panjang. "Pemprov DKI Jakarta telah memiliki Komite Pesisir. Sharing tentang Hudson Yards ini dapat menjadi masukan bagi Pemprov DKI Jakarta untuk menata pesisir Jakarta," kata dia.
Sandi juga mengunjungi Smart City New York dan Urban Technology Growth Hubs.
"Smart City adalah konsep yang berkembang di mana teknologi digunakan untuk meningkatkan efisiensi kinerja kota dalam menyediakan layanan dasar dari warga," terangnya.
Sandi menjelaskan, New York City memfasilitasi dibentuknya Urban Technology Growth Hubs, yakni sebuah program inkubasi bagi entrepreneur atau pengusaha muda dalam mengembangkan teknologi yang dapat meningkatkan efektivitas kinerja sistem kota, seperti penanggulangan kemacetan, efisiensi energi, pemantauan kualitas udara, dan air.
"Sampai saat ini, Urban Technology Growth Hubs sudah menghasilkan 200 lapangan kerja hijau," ucap dia.
Lalu, pertemuan terkait perubahan iklim dan ketahanan kota, Sandi melakukan pertemuan dengan C40.
"Pertemuan dengan C40 adalah pertemuan ketiga mendiskusikan teknis kerja sama program antara DKI Jakarta dan C40 dalam program Deadline 2020," akui Sandi.
Deadline 2020, lanjutnya, adalah program yang dirancang oleh beberapa Ibu Kota di dunia untuk berkolaborasi mencapai komitmen penurunan emisi gas rumah kaca pascapertemuan di Paris.
Terakhir, Sandi melakukan pertemuan dengan 100 Resilient Cities (100 RC) yang mendukung Jakarta dalam menyusun strategi Jakarta Berketahanan.
"Pemprov DKI Jakarta berharap kemitraan dan kerja sama antara Jakarta-100 RC dapat terus dilanjutkan dan dimasukkan dalam program ketahanan kota," jelas Sandi.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Advertisement