Sebelum Mobil Listrik, Kemenperin Dorong Pengembangan Plug-in Hybrid

Tantangan pengembangan mobil listrik adalah ketersediaan charging station atau Stasiun Pengisian Listrik Umum (SPLU).

oleh Merdeka.com diperbarui 04 Jul 2018, 16:31 WIB
Tampak samping mobil listrik BMW i8 Wallbox Plus saat akan test drive di IIMS 2018, Jakarta, Jumat (20/4). BMW Indonesia kembali menunjukkan konsistensinya terhadap perkembangan mobil listrik. (Merdeka.com/Dwi Narwoko)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan salah satu tantangan pengembangan mobil listrik adalah ketersediaan charging station atau Stasiun Pengisian Listrik Umum (SPLU).

"Infrastruktur yang paling penting charging station itu kaitannya dengan tegangan berbeda. Kalau Electric Vehicle itu kan 380 VA kalau yang biasa kan 220 VA," ungkapnya di Kementerian Perindustrian, Jakarta, Rabu (4/7).

Karena itu, kata dia, kata dia sampai infrastruktur dan komponen pendukung mobil listrik benar-benar siap, pemerintah mendorong pengembangan dan mobil jenis plug-in hybrid.

"Solusi jangka pendek adalah plug-in hybrid. Plug-in Hybrid sama dengan bensin. Bahan bakarnya hanya untuk menghasilkan listrik. Penggeraknya sudah listrik. Sama dengan ada genset di bawah mobil. Tanpa infrastruktur sudah bisa jalan," jelas dia.

"Kalau mobil hybrid masih dua. Ada komponen electric vehicle ada komponen yang combustion engine (mesin seperti pada mobil konvensional)," imbuhnya.

Selain itu, pihaknya akan terus mendorong pengembangan industri baterai mobil dengan bahan dasar Nikel Kobalt. Kedua bahan baku ini, kata Airlangga sudah dimiliki oleh Indonesia.

Dengan ketersediaan dua sumber bahan baku tersebut, Menperin meyakini, teknologi baterai untuk mobil listrik dapat dikuasai terlebih dahulu.

"Indonesia punya sumber bahan baku untuk pembuatan komponen baterai, seperti nikel murni. Selain itu, ada satu bahan baku lainnya, yakni kobalt yang juga dapat mendukung pembuatan baterai. Potensi kobalt ini ada di Bangka," ujar dia.


6 Kampus Dapat Mobil Contoh buat Riset

Menperin Airlangga Hartarto melakukan test drive saat penyerahan 10 mobil listrik dari Mitsubishi Motors kepada pemerintah Indonesia. Mobil tersebut terdiri dari delapan unit Mitsubishi Outlander PHEV dan dua unit i-MiEV. (Liputan6.com/JohanTallo)

Kemenperin meluncurkan riset komprehensif pengembangan mobil listrik dengan melibatkan 6 perguruan tinggi dalam negeri. Riset ini diharapkan dapat membantu pengembangan industri mobil listrik di Indonesia.

Airlangga Hartarto menegaskan bahwa program ini merupakan bentuk komitmen pemerintah untuk mendorong keterlibatan akademisi untuk pengembangan industri.

Dia mengatakan, untuk mendukung program ini, Toyota sebagai salah satu produsen mobil turut ambil bagian sebagai penyedia mobil yang bakal diteliti.

Nantinya, Toyota akan memberikan 3 mobil kepada setiap perguruan tinggi sebagai bahan penelitian.

"Masing-masing tiga mobil. Ada yang jenis hybrid, ada yang plug in hybrid, ada juga yang combustion engine," jelas dia.

Ketua Umum Partai Golkar ini pun mengatakan dalam rencana studi akan dilakukan selama tiga bulan. Riset diharapkan dapat memberikan masukan baik kepada pemerintah, dunia industri, maupun masyarakat luas terkait pengembangan mobil listrik di Indonesia.

"Setelah itu diharapkan akan ada preliminary result. Kita akan lihat bahwa apakah kendaraan ini bisa dikomersialkan di Indonesia," tandasnya.

Untuk diketahui, 6 Perguruan Tinggi yang terlibat antara lain, Universitas Indonesia, Institut Teknologi Bandung, Universitas Gajah Mada, Institut Teknologi Sepuluh November, Universitas Sebelas Maret, dan Universitas Udayana.

Reporter: Wilfridus Setu Umbu

Sumber: Merdeka.com

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya