Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat pada perdagangan Rabu pekan ini.Masalah perang perdagangan global masih sangat mengganggu penguatan rupiah.
Mengurip Bloomberg, Rabu (4/7/2018), rupiah dibuka di angka 14.350 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 14.397 per dolar AS.
Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 14.327 per dolar AS hingga 14.370 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah mengalami pelemahan 5,8 persen.
Baca Juga
Advertisement
Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 14.343 per dolar AS, juga menguat jika dibandingkan dengan patokan sehari sebelumnya yang ada di angka 14.418 per dolar AS.
Research Analyst FXTM Lukman Otunuga menjelaskan, rupiah berpotensi terus menguat karena aksi ambil untung dolar AS. Namun kenaikan nilai tukar rupiah sepertinya akan dibatasi oleh sejumlah faktor eksternal.
"Masalah perang perdagangan global masih sangat mengganggu sentimen dan membuat pasar menghindari risiko," jelas dia. Oleh karena itu, mata uang pasar berkembang termasuk rupiah mungkin akan terus tertekan.
Perlu dicatat pula bahwa faktor penggerak fundamental di balik apresiasi dolar AS yang agresif masih terus ada. Koreksi teknikal yang saat ini dialami dolar AS dapat memberi peluang baru bagi investor untuk mengangkat harga lebih tinggi lagi.
Intervensi
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus melemah meskipun Bank Indonesia (BI) telah menaikkan suku bunga acuan 50 basis poin. Untuk menahan pelemahan yang lebih dalam BI melakukan intervensi pasar.
Gubernur BI Perry Warjiyo menjelaskan, rupiah bersama dengan mata uang di negara berkembang lainnya. Penyebab pelemahan ini karena banyak banyak faktor terutama ketidakpastian global.
Kebijakan Bank Sentral China untuk menurunan Giro Wajib Minimum (GWM), kebijakan Bank Sentral Eropa menurunkan pembelian aset dan juga perang dagang AS dan China menjadi alasan pelemahan rupiah dan mata uang lain di negara berkembang.
Untuk menahan laju pelemahan ke level yang lebih dalam, BI saat ini melakukan intervensi pasar di dua instrumen. "Kami melakukan intervensi di pasar valuta asing dan juga pasar obligasi," jelas dia di Gedung Bank Indonesia, Selasa kemarin.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Advertisement