Liputan6.com, Jakarta Lupakan sejenak rasa patah hati yang mungkin Anda rasakan setelah Thanos menjentikkan jarinya di Avengers: Infinity War. Mari mundur sebentar sebelum huru hara yang dibawa Thanos terjadi di muka bumi, dan tengok kabar Scott Lang dalam Ant-Man and The Wasp.
Setting film Ant-Man and The Wasp memang terjadi sebelum Avengers: Infinity War. Tepatnya, menceritakan konsekuensi yang harus dihadapi Scott Lang alias Ant-Man (Paul Rudd) setelah membantu Captain America dalam Civil War.
Scott diwajibkan menjadi tahanan rumah, dan diawasi penuh oleh FBI. Kehadiran putri kecilnya, dan kehangatan keluarga mantan istrinya, menjadi satu-satunya penyemangat untuk Scott.
Baca Juga
Advertisement
Setelah dua tahun menjadi tahanan, akhirnya tinggal menghitung hari saja sehingga Scott bisa bebas dari rumahnya. Namun saat itu pula ia mendapat mimpi yang terasa begitu nyata tentang Janet Van Dyne (Michelle Pfeiffer), istri Hank Pym (Michael Douglas).
Penasaran, ia pun menghubungi Hank dan Hope (Evangeline Lilly) yang sudah lama putus kontak dengannya.
Diincar
Dari sini, terkuak bahwa Hank dan Hope hendak membawa pulang Janet yang terjebak di alam Quantum. Keduanya tengah membangun terowongan untuk menjemput Janet.
Namun terowongan itu juga diincar oleh seorang makelar teknologi yang serakah, serta sosok misterius dan berbahaya yang mampu menembus materi apa pun.
Advertisement
Karakter yang Menyenangkan
Penggemar film Ant-Man yang pertama bisa dipastikan bakal terhibur dengan Ant-Man and The Wasp. Yang paling terasa adalah kadar humor film ini yang terbilang tinggi. Salah satu hal yang rasanya bakal menjadi ciri khas film-film Ant-Man, adalah montase adegan yang dilakukan via monolog oleh karakter Luis (Michael Pena) yang kocak.
Tak hanya itu, para karakter protagonisnya pun ditampilkan dengan menyenangkan. Mulai dari karakter putri cilik Scott Lang, Cassie (Abby Ryder Fortson) yang kenes dan pasukan pengamanan Luis yang jenaka.
Rasa Film Keluarga
Ant-Man and The Wasp memang masih memilki DNA film superhero Marvel yang menghibur, tapi film ini memiliki atmosfer yang berbeda dengan film lain yang sudah muncul tahun ini. Bila Avengers: Infinity War dan Black Panther terasa kolosal dan memiliki lingkup yang luas, Ant-Man and The Wasp terasa lebih ringan karena ‘hanya’ berkutat pada masalah pribadi dan keluarga.
Persoalan yang dihadapi Scott Lang tentang menjadi partner dan ayah yang lebih baik, bahkan membuat Ant-Man and The Wasp terasa seperti film keluarga keluaran Disney dengan balutan aksi laga.
Tentu tak ada yang salah dengan hal ini, apalagi film ini akhirnya memperkenalkan karakter baru, Janet Van Dyne. Bagian akhir film ini, mungkin juga akan menjadi kunci terhadap pengembangan karakter Ant-Man selanjutnya.
Advertisement
Tokoh Antagonis Kurang Menarik
Namun ada satu hal krusial yang membuat Ant-Man and The Wasp tampak lebih sepele ketimbang dua film Marvel yang muncul tahun ini. Yakni, persona karakter antagonisnya, sang makelar Sonny Burch, yang dibuat terlalu komikal dan hanya ditampilkan secara satu dimensi saja.
Film ini tak memiliki sosok yang rumit seperti Thanos di Infinity War, maupun Erik Killmonger, antagonis yang membuat penonton bersimpati seperti dalam Black Panther. Tokoh seperti ini tampaknya hendak ditampilkan lewat karakter Ava (Hannah John-Kamen), tapi sayangnya sosok ini malah kurang dieksplorasi lebih dalam.
Tak hanya Ava, karakter Hope alias The Wasp pun terasa kurang digali lebih dalam—meski namanya ditempel dalam judul. Alhasil, bila dibandingkan di awal hingga akhir film, perkembangan karakter ini terasa minimal.
Sudah Tayang
Tapi di luar hal ini, Ant-Man and The Wasp yang mulai diputar di bioskop Tanah Air mulai hari ini, Rabu (4/7/2018), tetap bsa menjadi sebuah tontonan yang menyenangkan, berkat kadar humornya yang tinggi.
Jadi, nikmati saja film ini, sebelum Anda kembali digempur dengan Captain Marvel dan lanjutan film Avengers yang rencananya bakal tayang tahun depan.
Advertisement