Dana Investor Asing Keluar Rp 50 Triliun dari Pasar Saham RI

Dana investor asing keluar dari pasar saham Indonesia mencapai Rp 50,22 triliun hingga perdagangan saham Rabu 4 Juli 2018.

oleh Agustina Melani diperbarui 05 Jul 2018, 08:20 WIB
Indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup melemah 0,33% atau 18,94 poin ke level 5.693,39, Jakarta, Selasa (30/5). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Dana investor asing keluar dari pasar saham Indonesia mencapai Rp 50,22 triliun hingga perdagangan saham Rabu 4 Juli 2018. Pergerakan nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat dan kekhawatiran defisit neraca transaksi berjalan dinilai menjadi faktor pendorong investor asing keluar dari pasar saham Indonesia.

Pada 4 Juli 2018, dana investor asing keluar menyusut dari pasar saham sekitar Rp 67,65 miliar. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) naik 1,7 persen menjadi 5.733. Hingga 4 Juli 2018, IHSG sudah melemah 9,79 persen.

Mengutip data Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (5/7/2018), dana investor asing keluar dari pasar saham Indonesia yang mencapai Rp 50 triliun itu berbeda pada 2017. Tercatat investor asing beli saham mencapai Rp 16,69 triliun hingga 4 Juli 2017.

Dana investor asing keluar didorong rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Rupiah bergerak melemah ke posisi 14.000 per dolar Amerika Serikat (AS). Rupiah pun belum mampu menguat signifikan meski Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga acuan 50 basis poin menjadi 5,25 persen pada 29 Juni 2018.

Kepala Riset PT RHB Sekuritas Indonesia, Henry Wibowo menuturkan, pelaku pasar khawatir rupiah melemah berimbas terhadap kinerja keuangan emiten pada kuartal II 2018. Sejak awal tahun 2018, rupiah sudah melemah 5,84 persen dari posisi sekitar 13.555 per dolar AS pada Januari 2018 menjadi 14.347 pada 4 Juli 2018. Henry menuturkan, tekanan rupiah itu sebagian besar terjadi pada kuartal II 2018.

Selain rupiah, menurut Henry, Indonesia masih alami defisit neraca transaksi berjalan juga menjadi perhatian pelaku pasar. Ditambah bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve terus menaikkan suku bunga acuan menjadi sentiment negatif.

"Dua faktor membuat foreign flow keluar kencang sekitar USD 4 miliar. Berhubungan dengan current account defisit. Aliran dana investor dari emerging market beralih ke negara maju. Akan tetapi ini juga dialami negara lain di Asia," kata Henry saat dihubungi Liputan6.com.

Henry optimistis aliran dana investor asing kembali masuk ke Indonesia pada semester II 2018. Hal itu didukung pertumbuhan ekonomi Indonesia akan naik seiring ada perhelatan kegiatan internasional.

"Saya optimis akan kembali (dana investor asing-red). Asian Games membantu ekonomi. Rupiah tidak akan terlalu tertekan,” kata dia.

Hal senada dikatakan Analis PT Binaartha Sekuritas, Nafan Aji. Ia menuturkan, Asian Games dan IMF-World Bank akan dongkrak pertumbuhan ekonomi sehingga jadi katalis positif untuk pasar saham Indonesia. Ia juga mengharapkan pemerintah dapat memberikan stimulus dengan tax holiday sehingga bantu ekonomi Indonesia.

Nafan pun optimistis IHSG dapat kembali ke posisi 6.000 pada semester II 2018. Diharapkan IHSG dapat mencapai posisi 6.300. Sedangkan Henry prediksi, IHSG akan bergerak di kisaran 6.200 pada semester II 2018.

 


Dana Investor Asing Serbu Surat Utang Pemerintah RI

Petugas menata tumpukan uang kertas di Cash Center Bank BNI di Jakarta, Kamis (6/7). Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) pada sesi I perdagangan hari ini masih tumbang di kisaran level Rp13.380/USD. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, arus dana investor asing atau capital inflow ke Indonesia mencapai Rp 13 triliun. Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo mengatakan, aliran dana itu masuk usai kenaikan BI 7-Days Reverse Repo Rate atau suku bunga acuan menjadi 4,75 persen.

Dana investor asing tersebut mulai masuk sejak 24 Mei 2018. "Kalau perhitungan kami sudah Rp 13 triliun sejak 24 Mei itu inflow masuk khususnya ke surat berharga negara dan ini menambah confidenceke pasar," ujar dia di Gedung DPR-MPR, Jakarta, Selasa 5 Juni 2018.

Perry mengatakan, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) per hari ini mulai menunjukkan penguatan Rp 13.868 per USD dari angka tempo hari pada 23 Mei 2018 hampir tembus Rp 14.400 per dolar AS. 

Perry mengatakan, pemerintah melalui Kementerian Keuangan juga terus melakukan langkah intervensi untuk menarik dana yang sempat keluar. Salah satunya melalui lelang. 

"Pemantauan kami sejak 24 Mei inflow sudah mulai masuk terutama inflow ke SBN sudah mulai masuk dan itu menambah pasokan di pasar valas. Dan alhamdulillah Bu Sri Mulyani (Menteri Keuangan) juga melakukan lelang dan pemenangan lelang makin tinggi," kata dia.

Perry menambahkan, bank sentral bersama pemerintah akan terus menjaga nilai tukar rupiah. Bersamaan dengan hal tersebut, Bank Indonesia juga akan turut serta mendorong pertumbuhan ekonomi melalui berbagai instrumen. 

"Kemarin kami lakukan kenaikan suku bunga memang untuk mengembalikan stabilitas nilai tukar dan alhamdulillah sekarang nilai tukar relatif stabil, tapi kami juga pastikan bahwa empat instrumen yang lain bisa mendorong pertumbuhan ekonomi," ujar dia. 

 

Saksikan video piliha di bawah ini:

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya